Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Komunitas
Kamis, 15 Agustus 2024 | 09:45 WIB
KANDIDAT KETUA UMUM IKPI 2024-2029 VAUDY STARWORLD:
Kamis, 15 Agustus 2024 | 09:20 WIB
KANDIDAT KETUA UMUM IKPI 2024-2029 RUSTON TAMBUNAN:
Sabtu, 10 Agustus 2024 | 14:07 WIB
TAXPLORE UI 2024
Rabu, 07 Agustus 2024 | 17:50 WIB
KERJA SAMA PERPAJAKAN
Data & Alat
Rabu, 14 Agustus 2024 | 09:17 WIB
KURS PAJAK 14 AGUSTUS 2024 - 20 AGUSTUS 2024
Rabu, 07 Agustus 2024 | 09:09 WIB
KURS PAJAK 07 AGUSTUS 2024 - 13 AGUSTUS 2024
Kamis, 01 Agustus 2024 | 10:00 WIB
KMK 12/2024
Rabu, 31 Juli 2024 | 09:37 WIB
KURS PAJAK 31 JULI 2024 - 06 AGUSTUS 2024
Fokus
Reportase

Negara-Negara Tujuan Orang Kaya Global dalam Menempatkan Kekayaannya

A+
A-
1
A+
A-
1
Negara-Negara Tujuan Orang Kaya Global dalam Menempatkan Kekayaannya

WAJIB pajak kaya atau high net worth individuals (HNWI) sering kali mendapatkan perhatian khusus dari otoritas pajak di berbagai yurisdiksi.

Bagaimana tidak, HNWI memiliki potensi pajak yang besar dan kontribusi pajaknya amatlah diperlukan untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan penerimaan negara.

Banyak yurisdiksi bahkan mendirikan kantor pajak khusus untuk mengadministrasikan wajib pajak HNWI dan mengawasi kepatuhan pajak mereka secara khusus.

Baca Juga: Penguatan Literasi Perpajakan yang Berkelanjutan Lewat DDTC Library

Dari sisi kebijakan, HNWI dibebani PPh dengan tarif tertinggi sejalan dengan besarnya penghasilan yang mereka terima, baik itu penghasilan aktif maupun penghasilan pasif.

Namun, otoritas pajak tidak hanya menyasar penghasilan HNWI semata. Terdapat banyak yurisdiksi yang mengenakan pajak atas kekayaan para HNWI melalui instrumen pajak warisan. Beberapa yurisdiksi bahkan mendadak menerapkan pajak kekayaan guna memenuhi kebutuhan penerimaan.

Berkaca pada kondisi tersebut, tak mengherankan apabila para HNWI senantiasa mencari tempat yang kondusif guna melindungi kekayaan mereka dari beban pajak yang dirasa berlebih.

Baca Juga: Penerimaan Pajak Ditarget Tumbuh 10% Tahun Depan, Ini Langkah DJP

Merujuk pada data Atlas of the Offshore World yang dikembangkan oleh EU Tax Observatory, HNWI aktif menempatkan aset keuangannya baik berupa kas, saham, obligasi, dan lain-lain ke yurisdiksi-yurisdiksi yang menawarkan jasa keuangan kepada orang asing dan mengenakan pajak dengan tarif yang relatif rendah.

Pada 2022, yurisdiksi dengan aset keuangan asing terbanyak antara lain Hong Kong, Swiss, dan Singapura. Total aset keuangan asing yang ditempatkan HNWI global di tiap-tiap yurisdiksi tersebut sudah melebihi US$1 triliun.

Lalu, dari mana para HNWI global tersebut berasal? Atlas of the Offshore World mencatat sebagian besar aset-aset keuangan tersebut dimiliki oleh HNWI dari China, Amerika Serikat (AS), Britania Raya, Taiwan, Uni Emirat Arab, dan negara-negara kaya lainnya.

Tingginya daya tarik Hong Kong dan Singapura selaku yurisdiksi Asia sebagai lokasi ditempatkannya kekayaan HNWI tecermin pada banyaknya jumlah family office yang didirikan oleh para HNWI di kedua yurisdiksi tersebut.

Baca Juga: Penyesuaian Tarif Pajak Kripto, OJK Siap Bahas dengan Kemenkeu

Saat ini, ada lebih dari 2.700 family office yang berlokasi di Hong Kong. Adapun Monetary Authority of Singapore mencatat sudah ada 1.400 family office yang saat ini beroperasi di Singapura dan mendapatkan insentif pajak dari pemerintah.

Guna menarik HNWI untuk menempatkan kekayaannya di dalam negeri, Hong Kong menawarkan fasilitas tarif PPh 0% atas qualifying transactions dan incidental transactions dari family-owned investment holding vehicle (FIHV), baik yang berada di dalam maupun di luar Hong Kong.

Agar memenuhi syarat, FIHV tersebut harus dikelola oleh single family office yang berlokasi di Hong Kong. Setiap single family office juga harus mengelola aset minimal senilai HK$240 juta agar syarat pemberian insentif terpenuhi.

Baca Juga: Pemerintah Rancang RAPBN 2025 dengan Defisit 2,53%, Begini Posturnya

Berbeda dengan Hong Kong, Singapura menawarkan 2 skema insentif pajak bagi family office di yurisdiksinya, yaitu skema 13O dan 13U. Kedua skema tersebut sama-sama menawarkan insentif berupa pengecualian pajak atas specific income yang diperoleh dari designated investment.

Namun, skema 13O dan 13U memiliki kriteria yang berbeda. Dalam skema 13O, total investasi oleh family office pada designated investment harus mencapai SG$20 juta atau lebih.

Family office yang memanfaatkan skema 13O harus mempekerjakan 2 profesional di bidang investasi. Salah satu dari 2 profesional tersebut tidak boleh merupakan anggota keluarga.

Baca Juga: Disusun untuk Prabowo-Gibran, Jokowi: RAPBN 2025 Dirancang Fleksibel

Kemudian, family office juga diwajibkan untuk menginvestasikan modal senilai SG$10 juta atau 10% aset kelolaannya ke dalam instrumen investasi domestik yang ditentukan.

Dalam skema 13U, total investasi oleh family office dalam designated investment harus mencapai SG$50 juta atau lebih. Family office yang memanfaatkan skema 13U harus mempekerjakan 3 profesional di bidang investasi dengan salah satu di antaranya bukan merupakan anggota keluarga.

Family office yang memanfaatkan skema 13U juga harus menginvestasikan modal senilai SG$10 juta atau 10% dari aset kelolaannya pada instrumen yang ditentukan seperti saham, REITS, business trust, ETF yang diperdagangkan di bursa yang otoritas moneter, dan beragam instrumen lainnya. (rig)

Baca Juga: Ekonomi pada Tahun Pertama Prabowo-Gibran Ditargetkan Tumbuh 5,2%

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : narasi data, statistik pajak, harta kekayaan, orang kaya, family office, pajak, fokus

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 15 Agustus 2024 | 15:35 WIB
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA

Jelang Kongres XII IKPI di Bali, DDTCNews Wawancarai Calon Ketua Umum

Kamis, 15 Agustus 2024 | 15:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Daftar NPWP Langsung Berstatus WP NE, Tetap Perlu Aktivasi EFIN

Kamis, 15 Agustus 2024 | 15:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

3 Ketentuan yang Perlu Diperhatikan saat Potong PPh Final 0,5 Persen

Kamis, 15 Agustus 2024 | 14:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

DJP Sebut Pajak Bonus Atlet Olimpiade Paris 2024 Ditanggung Pemerintah

berita pilihan

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 17:37 WIB
HUT KE-17 DDTC

Penguatan Literasi Perpajakan yang Berkelanjutan Lewat DDTC Library

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 16:41 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Ditarget Tumbuh 10% Tahun Depan, Ini Langkah DJP

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 16:30 WIB
KAMUS FISKAL

Apa Itu Nota Keuangan?

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 15:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Penyesuaian Tarif Pajak Kripto, OJK Siap Bahas dengan Kemenkeu

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 15:17 WIB
RAPBN 2025 DAN NOTA KEUANGAN

Pemerintah Rancang RAPBN 2025 dengan Defisit 2,53%, Begini Posturnya

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 15:15 WIB
RAPBN 2025 DAN NOTA KEUANGAN

Disusun untuk Prabowo-Gibran, Jokowi: RAPBN 2025 Dirancang Fleksibel

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 15:00 WIB
RAPBN 2025 DAN NOTA KEUANGAN

Ekonomi pada Tahun Pertama Prabowo-Gibran Ditargetkan Tumbuh 5,2%

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 14:57 WIB
RAPBN 2025 DAN NOTA KEUANGAN

Teks Lengkap Pidato Presiden Jokowi Soal RAPBN 2025 dan Nota Keuangan

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 14:30 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kerap Digugat Banyak Negara, Jokowi Tegaskan Pentingnya Hilirisasi SDA

Jum'at, 16 Agustus 2024 | 14:17 WIB
RAPBN 2025 DAN NOTA KEUANGAN

Puan Ungkap APBN Masa Transisi Perlu Disusun secara Khusus