Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Bicara Utang Luar Negeri Pemerintah, Begini Pandangan 3 Capres

A+
A-
1
A+
A-
1
Bicara Utang Luar Negeri Pemerintah, Begini Pandangan 3 Capres

Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo (tengah) menyampaikan pendapat disaksikan capres nomor urut dua Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut satu Anies Baswedan saat adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

JAKARTA, DDTCNews - Politik luar negeri menjadi salah satu subtema yang dibahas dalam debat ketiga capres-cawapres 2024 pada Minggu (7/1/2024).

Pada segmen ketiga, moderator Anisha Dasuki membacakan pertanyaan mengenai kaitan antara utang pemerintah dan politik luar negeri Indonesia. Pertanyaan yang berasal dari panelis tersebut ditujukan kepada capres Prabowo Subianto.

"Utang luar negeri adalah instrumen pembayaran yang sah. Namun, ada risiko intervensi kedaulatan negara pemberi utang. Apa kebijakan paslon untuk menghindari intervensi kedaulatan Indonesia akibat utang yang terus bertambah?" katanya, dikutip pada Senin (8/1/2024).

Baca Juga: Naik Signifikan, Defisit Anggaran 2024 Diproyeksi Jadi Rp609,7 Triliun

Mendapat pertanyaan tersebut, Prabowo menyatakan rasio utang pemerintah Indonesia saat ini masih tergolong rendah di antara negara-negara lain. Dia menyebut posisi utang pemerintah tercatat hampir 40% dari PDB.

Dia menjelaskan utang pemerintah, terutama yang berasal dari luar negeri, dikelola secara prudent dan hati-hati. Selain itu, pemerintah juga berupaya meningkatkan daya tawar Indonesia di mata luar negeri sehingga tidak diintervensi, salah satunya melalui penguatan ekonomi.

"Saya kok tidak terlalu khawatir negara lain mau intervensi kita soal utang. Kita sangat-sangat dihormati. Kita tidak pernah default," ujarnya.

Baca Juga: Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Prabowo optimistis Indonesia memiliki kemampuan untuk membayar utang luar negeri. Terlebih, Indonesia tidak memiliki catatan soal gagal bayar utang.

Di sisi lain, lanjutnya, penguatan aspek pertahanan juga perlu dilakukan agar tidak ada negara yang mengintervensi, menggertak, dan mengintimidasi Indonesia.

"Saya tegaskan kembali bahwa pelajaran sejarah manusia yang lemah akan selalu ditindas. Kita lihat saja apa yang terjadi di Gaza, kita tidak boleh lemah. Kita tidak boleh dilindas oleh bangsa lain," tutur Prabowo.

Baca Juga: Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Sementara itu, capres Ganjar Pranowo merespons bahwa pengelolaan utang luar negeri pemerintah harus selalu dilakukan secara hati-hati. Mengutip buku Confessions of an Economic Hit Man yang ditulis John Perkins, ia menyebut utang memang memang dapat mematikan.

Ketimbang mengandalkan utang, ia menilai Indonesia dapat mengoptimalkan penerimaan di dalam negeri dengan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.

Kemudian, pemerintah perlu menciptakan sistem birokrasi yang bersih, meningkatkan kemudahan berusaha sehingga Incremental Capital Output Ratio (ICOR) turun menjadi 4%, serta menegakkan pemerintahan yang antikorupsi.

Baca Juga: Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Soal pertahanan, lanjutnya, penyediaan alat utama sistem senjata (alutsista) juga dapat diperkuat oleh industri di dalam negeri dengan mendorong transfer of technology.

"Maka hati-hati kalau mau utang, terutama pada infrastruktur yang punya risiko tinggi. Kita mesti hitung betul. Kita mesti prudent betul. karena ini pernah dilakukan dan membikin banyak negara kolaps karena utang," kata Ganjar.

Di lain pihak, capres Anies Baswedan justru menilai rasio utang pemerintah hampir 40% PDB sudah tergolong tinggi. Menurutnya, rasio utang pemerintah idealnya terjaga di bawah 30% PDB.

Baca Juga: Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Dia menyebut pemerintah juga perlu mendorong skema-skema pembiayaan kreatif sehingga tidak tergantung pada luar negeri, termasuk pelibatan swasta. Setelahnya, optimalisasi pendapatan negara melalui perluasan basis pajak juga perlu dilakukan

"Memastikan bahwa ada perluasan wajib pajak yang harapannya nanti akan memperkuat juga GDP kita, di samping mengurangi kebocoran pajak," ujarnya.

Soal pemanfaatan utang, ia mengingatkan bahwa utang hanya digunakan untuk aktivitas produktif. Contoh pemanfaatan utang nonproduktif yang perlu dihindari antara lain belanja alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan.

Baca Juga: Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Terkait dengan utang, terdapat temuan menarik dalam survei pajak dan politik DDTCNews yang diikuti oleh 2.080 responden. Unduh laporan survei bertajuk Saatnya Parpol & Capres Bicara Pajak melalui https://bit.ly/HasilSurveiPakpolDDTCNews2023.

Sebanyak 91,1% responden, termasuk mereka yang melek pajak, memandang agenda penurunan utang penting dimiliki parpol atau capres. Sementara itu, responden yang netral mencapai 7,0% dan sisanya menganggap tidak penting.

Hasil ini juga sejalan dengan statistik responden yang sebagian besar menaruh utang sebagai prioritas terakhir—dibandingkan dengan pajak, PNBP SDA, cukai, dividen, dan bea—dalam hal meningkatkan pendapatan negara guna memenuhi kebutuhan pembangunan. (rig)

Baca Juga: Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : pemilu 2024, utang luar negeri, debat capres, pajak dan politik, survei pakpol, pajak, nasional

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Senin, 08 Juli 2024 | 11:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

PT Perorangan Bisa Manfaatkan PPh Final 0,5 Persen selama 4 Tahun

Senin, 08 Juli 2024 | 10:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Terima LHP dari BPK, Jokowi Kembali Soroti Perizinan yang Masih Rumit

Senin, 08 Juli 2024 | 08:07 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

Di Balik Bertahapnya Integrasi NIK-NPWP, Pertimbangan Kesiapan Sistem

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya