Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Catat! Reklame untuk Politik, Sosial, dan Keagamaan Bukan Objek Pajak

A+
A-
1
A+
A-
1
Catat! Reklame untuk Politik, Sosial, dan Keagamaan Bukan Objek Pajak

Sejumlah pekerja memasang papan reklame di Jalan Raya Tegar Beriman, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (19/12/2022). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.

JAKARTA, DDTCNews – Reklame yang diselenggarakan dalam rangka kegiatan politik, sosial, dan keagamaan yang tidak disertai dengan iklan komersial kini termasuk dalam daftar pengecualian objek pajak reklame.

Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 60 ayat (3) huruf e UU 1/2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD). Sebelumnya, ketentuan pengecualian tersebut tidak terdapat dalam aturan terdahulu, yakni UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).

"Yang dikecualikan dari objek pajak reklame adalah … reklame yang diselenggarakan dalam rangka kegiatan politik, sosial, dan keagamaan yang tidak disertai dengan iklan komersial," bunyi Pasal 60 ayat (3) huruf e UU HKPD seperti dikutip pada (31/1/2023).

Baca Juga: Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Kendati demikian, pengecualian reklame untuk kegiatan politik, sosial, dan keagamaan yang tidak bersifat komersial dari objek pajak reklame bukan sepenuhnya hal baru.

Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK) dalam publikasinya bertajuk Pedoman Umum PDRD sempat menerangkan ketentuan tersebut. Melalui publikasi itu, DJPK menyatakan reklame ucapan selamat dari orang pribadi, badan, atau partai politik tidak termasuk dalam objek pajak reklame.

Selain itu, reklame yang bertujuan sosial, keagamaan, pendidikan, kesehatan, dan adat istiadat juga tidak termasuk objek pajak reklame. Reklame-reklame tersebut tidak termasuk dalam objek pajak reklame karena tidak bersifat komersial.

Baca Juga: Mulai Hari Ini! Warga Kota Bekasi, Ada Diskon Pajak PBB-P2 hingga 10%

Terkait dengan reklame untuk kegiatan politik, DJPK melalui laman resminya menyebut penyelenggaraan reklame dalam rangka pelaksanaan kegiatan politik dikecualikan dari objek pajak reklame. Oleh karenanya, reklame untuk kegiatan politik tidak dapat dikenakan pajak reklame.

Guna mengatur penyelenggaraan reklame tersebut, masih merujuk penjelasan DJPK, kepala daerah dapat menerbitkan peraturan kepala daerah (perkada). Peraturan tersebut dimaksudkan untuk mengatur tentang bentuk, ukuran, lokasi, bahan, dan durasi pemasangan reklame.

Adapun pajak reklame merupakan pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame yang dimaksud adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau menarik perhatian umum terhadap sesuatu.

Baca Juga: Kejar Penerimaan Pajak Daerah, Pemkot Sasar Pujasera atau Food Court

Pajak ini menyasar semua penyelenggaraan reklame. Reklame yang disasar pun beragam, mulai dari reklame papan/billboard/videotron/megatron, reklame sticker, hingga reklame berjalan pada kendaraan. Pajak ini dikenakan berdasarkan nilai sewa reklame dengan tarif paling tinggi 25%.

Selain untuk kegiatan politik, sosial, dan keagamaan, terdapat sejumlah objek lain yang juga dikecualikan dari pajak reklame. Objek tersebut di antaranya seperti reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya.

Selanjutnya, label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan juga dikecualikan dari objek reklame. Begitu pula dengan nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan dan/atau di dalam area tempat usaha atau profesi, sepanjang memenuhi ketentuan.

Baca Juga: Optimalkan Penerimaan BPHTB, Dua Instansi Ini Lakukan Integrasi Data

Tidak hanya itu, reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah juga dikecualikan dari objek pajak reklame. Selain itu, pemerintah daerah juga diberikan kewenangan untuk menetapkan jenis reklame lain yang dikecualikan dari objek pajak reklame melalui peraturan daerah. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : UU HKPD, pajak daerah, PDRD, pajak reklame, iklan, komersial

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Minggu, 30 Juni 2024 | 08:30 WIB
KOTA PONTIANAK

Lunas PBB-P2 Kini Jadi Syarat Urus Administrasi di Kota Ini

Sabtu, 29 Juni 2024 | 08:00 WIB
KOTA LHOKSEUMAWE

Pemkot Sediakan 10 Sepeda Listrik untuk Pembayar PBB dan PBJT Restoran

Jum'at, 28 Juni 2024 | 15:30 WIB
PROVINSI DKI JAKARTA

Bergaji Rendah dan Sulit Bayar PBB, Warga DKI Bisa Minta Diskon Pajak

Jum'at, 28 Juni 2024 | 12:00 WIB
KABUPATEN SUKOHARJO

Pemkab Sukoharjo Bedakan Tarif Pajak Makanan di Restoran dan PKL

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya