Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Efek Pemilu 2024 ke Ekonomi RI, Kemenkeu Ungkap Hitung-hitungannya

A+
A-
0
A+
A-
0
Efek Pemilu 2024 ke Ekonomi RI, Kemenkeu Ungkap Hitung-hitungannya

Pelajar memasukkan kertas suara ke dalam kotak saat Pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (20/9/2023). Pihak sekolah beserta Majelis Perwakilan Kelas (MPK) menggelar pemilihan Ketua OSIS periode 2023-2024 dengan sistem pemungutan suara seperti pemilu yang bertujuan memberikan pemahamam siswa tentang pendidikan demokrasi dan pendidikan politik. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp.

JAKARTA, DDTCNews - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu merasa yakin pelaksanaan pemilu 2024 dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2024.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF Kemenkeu Abdurohman mengatakan pertumbuhan ekonomi ini utamanya akan terdorong dari sisi konsumsi. Menurutnya, periode pemilu akan meningkatkan konsumsi pemerintah dan para peserta yang berkompetisi.

"[Pelaksanaan pemilu 2024] akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekitar 0,2 percentage point [pada 2023] dan juga pada 2024 0,27 percentage point. Itu hitungan kasar kami," katanya, dikutip pada Selasa (26/9/2023).

Baca Juga: Di Balik Bertahapnya Integrasi NIK-NPWP, Pertimbangan Kesiapan Sistem

Abdurohman mengatakan dampak pelaksanaan pemilu terhadap pertumbuhan ekonomi akan terasa pada 2023 dan 2024. Pada 2 tahun tersebut, pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan pemilu seperti pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) senilai Rp11,52 triliun dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rp15,87 triliun.

Belanja pemerintah ini nantinya bakal meningkatkan produk domestik bruto (PDB) dari komponen konsumsi pemerintah sebesar 0,75% poin persen pada 2023 dan 1 poin persen pada 2024.

Dia menjelaskan konsumsi yang besar juga bakal dilakukan oleh para peserta pemilu sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi, yakni pada komponen lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Berdasarkan data pemilu 2019, diperkirakan akan ada 8.037 peserta yang masing-masing bakal membelanjakan uang setidaknya Rp1 miliar untuk memperebutkan 580 kursi di DPR.

Baca Juga: Asumsi Makro APBN 2025 Disepakati, Ekonomi Diproyeksi Tumbuh 5,1-5,5%

Kemudian pada DPRD provinsi dan kabupaten/kota, diperkirakan ada 258.631 orang peserta pemilu yang masing-masing membelanjakan setidaknya Rp200 juta untuk memperebutkan 18.747 kursi.

Dalam hitungan BKF, konsumsi tersebut akan berdampak pada LNPRT sebesar 4,72 poin persen pada 2023 dan 6,57 poin persen pada 2024.

Abdurohman menyebut belanja pemerintah dan peserta pemilu juga diyakini bakal berdampak pada peningkatan konsumsi masyarakat, yakni sekitar 0,14 poin persen pada 2023 dan 0,21 poin persen pada 2024.

Baca Juga: Makan Siang Gratis Butuh Rp71 Triliun, DPR Pastikan Tak Bebani Fiskal

"Itu akan sedikit mengkompensasi pelemahan global. Jadi untuk 2023, kami masih optimistis PDB akan berada sekitar 5,1% dan di 2024 sekitar 5,2%," ujarnya.

Sementara itu, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede memandang meski ada peningkatan konsumsi, kinerja investasi diperkirakan bakal mengalami perlambatan ketika pemilu. Perlambatan tersebut utamanya terjadi pada investasi asing.

Meski demikian, data historis menunjukkan kinerja investasi dalam negeri biasanya akan menguat ketika pelaksanaan pemilu. Pemerintah pun dapat mengupayakan kinerja investasi tetap terjaga melalui pengelolaan APBN secara strategis serta melanjutkan reformasi struktural, terutama melalui implementasi UU Cipta Kerja dan UU 7/2021 Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

Baca Juga: Ketua KPU Dipecat, Jokowi Jamin Pilkada Serentak Tetap Berjalan Lancar

"Dengan situasi menjelang pemilu, kita bisa mengandalkan investor domestik karena seharusnya dia melihat langsung di lapangan, kondisi politik relatif stabil dan dari sisi kebijakan harapannya tidak ada perubahan signifikan," katanya. (sap)

Baca artikel-artikel menarik terkait dengan pajak dan politik di laman khusus Pakpol DDTCNews: Suaramu, Pajakmu.


Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : Pemilu 2024, pemilu, pilpres, capres, KPU, pertumbuhan ekonomi, PDB, BKF

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Selasa, 04 Juni 2024 | 16:46 WIB
BADAN PENERIMAAN NEGARA

Pembentukan BPN Harus Didasarkan pada Kepentingan Publik

Selasa, 04 Juni 2024 | 13:15 WIB
TAJUK PAJAK

Badan Penerimaan Negara, Bukan Hanya Soal Pisah dari Kemenkeu

Selasa, 04 Juni 2024 | 12:00 WIB
KILAS BALIK

Munculnya DJP ‘Plus’ di Tengah Agenda Pembentukan BPN

Jum'at, 31 Mei 2024 | 15:03 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

APBN Transisi, Tim Prabowo-Gibran Mengaku Tetap Utamakan Kehati-Hatian

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya