Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Neraca Perdagangan RI Surplus US$36,93 Miliar Sepanjang 2023

A+
A-
1
A+
A-
1
Neraca Perdagangan RI Surplus US$36,93 Miliar Sepanjang 2023

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam keterangannya kepada pers.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat neraca perdagangan pada sepanjang 2023 mengalami surplus senilai US$36,93 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut terjadi karena ekspor mencapai US$258,82 miliar dan impor US$221,88 miliar. Meski demikian, surplus neraca perdagangan tersebut lebih kecil dari tahun sebelumnya yang mencapai US$54,46 miliar.

Baca Juga: Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

"Secara kumulatif hingga Desember 2023, total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$36,93 miliar atau lebih rendah sekitar US$17,52 miliar atau 33,46% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," katanya, Senin (15/1/2024).

Pudji mengatakan sepanjang 2023 sektor migas mengalami defisit US$19,91 miliar, tetapi masih terjadi surplus pada sektor nonmigas senilai US$56,84 miliar.

Dia menjelaskan nilai ekspor Indonesia yang mencapai US$258,82 miliar pada 2023 mengalami penurunan 11,33% dari tahun sebelumnya. Ekspor migas yang senilai US$15,92 miliar mengalami penurunan 0,47%, sedangkan ekspor nonmigas US$242,90 miliar atau turun 11,96%.

Baca Juga: PMK Baru! Aturan Soal Pembebasan Bea Masuk untuk Impor Bibit dan Benih

Menurutnya, penurunan ekspor sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama atas turunnya ekspor 2023. Secara tahunan, ekspor industri pengolahan turun 9,26% karena menurunnya ekspor minyak kelapa sawit.

Pada 2023, China tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar dengan nilai US$64,94 miliar (25,09%). Setelahnya, diikuti oleh Amerika Serikat dengan nilai ekspor US$23,25 miliar (8,98%) dan Jepang US$20,79 miliar (8,03%).

Komoditas utama yang diekspor ke China sepanjang Januari hingga Desember 2023 yakni feronikel senilai US$14,95 miliar atau 23,02% dari total ekspor ke negara tersebut.

Baca Juga: Luhut: Bea Masuk Tindakan Pengamanan Tidak Hanya Menyasar Barang China

Di sisi impor, Pudji menjelaskan nilainya yang sebesar US$221,88 miliar mengalami penurunan 6,55% dari tahun sebelumnya. Ekspor migas senilai US$35,83 miliar atau turun 11,35%, sedangkan ekspor nonmigas US$186,05 miliar atau turun 5,57%.

Penyumbang utama penurunan total nilai impor adalah impor bahan baku/penolong yang turun 11,09%, yang utamanya didorong penurunan impor komoditas bahan bakar mineral. Sementara itu, impor barang konsumsi dan barang modal tumbuh masing-masing 8,64% dan 7,78%.

Dilihat dari peranannya terhadap total impor pada sepanjang 2023, kontribusi tertinggi masih didominasi oleh China senilai US$62,18 miliar (28,02%); diikuti oleh Jepang US$16,44 miliar (7,41%); dan Thailand US$10,14 miliar (4,57%).

Baca Juga: Kadin Minta Pemerintah Kaji Seluruh HS Code Sebelum Naikkan Bea Masuk

"Dengan Tiongkok, komoditas yang paling banyak diimpor Indonesia adalah berupa smartphone dengan nilai US$1,95 miliar atau mencakup 3,14% dari total impor dari Tiongkok," ujarnya.

Secara bulanan, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 juga mengalami surplus US$3,31 miliar. Surplus ini melanjutkan tren yang terjadi sejak Mei 2020 atau selama 44 bulan beruntun.

Surplus ini terutama berasal dari sektor nonmigas senilai US$5,20 miliar, tetapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,89 miliar. (sap)

Baca Juga: Tahukah Kamu? Pelat Motor Warna Hijau Ada Kaitannya dengan Pajak

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : perdagangan, surplus perdagangan, ekspor, impor, industri, BPS

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Rabu, 26 Juni 2024 | 11:30 WIB
KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Ada Gelombang PHK Industri Tekstil, RI Siapkan Bea Masuk Antidumping

Rabu, 26 Juni 2024 | 09:30 WIB
KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Impor Melonjak, Pemerintah Selidiki Perpanjangan Safeguard Impor Ubin

Senin, 24 Juni 2024 | 17:41 WIB
KEPABEANAN

Bawa 4 Barang Ini ke Luar Negeri, Lapor Bea Cukai

Senin, 24 Juni 2024 | 09:30 WIB
LEMBAGA NATIONAL SINGLE WINDOW

PDN Gangguan, LNSW Jamin Pengelolaan Keamanan Sistem Informasi INSW

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya