Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Saat Pandemi Covid-19 Berakhir, Paradigma Relaksasi Pajak Perlu Diubah

A+
A-
4
A+
A-
4
Saat Pandemi Covid-19 Berakhir, Paradigma Relaksasi Pajak Perlu Diubah

Managing Partner DDTC Darussalam memberikan paparan dalam webinar Padjadjaran Accounting Business Series (PABS) bertajuk ‘Pandemi Covid-19 dan Dampaknya terhadap Perpajakan’ pada hari ini, Senin (18/5/2020).

JAKARTA, DDTCNews – Upaya peningkatan daya saing dan penguatan ekonomi perlu diambil dengan menciptakan kepastian dalam sistem pajak. Hal ini perlu menjadi fokus pemerintah dalam jangka menengah setelah adanya pandemi Covid-19.

Hal ini disampaikan Managing Partner DDTC Darussalam dalam webinar Padjadjaran Accounting Business Series (PABS) bertajuk ‘Pandemi Covid-19 dan Dampaknya terhadap Perpajakan’ pada hari ini, Senin (18/5/2020).

“Sudah saatnya nanti setelah pandemi Covid-19 ini berakhir, relaksasi ini sebaiknya pelan-pelan mulai dikurangi Selama ini, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, relaksasi menjadi garda terdepan. Ke depan, paradigma harus diubah. Kepastian dalam sistem pajak yang lebih penting,” katanya.

Baca Juga: Mulai Hari Ini! Warga Kota Bekasi, Ada Diskon Pajak PBB-P2 hingga 10%

Menurut OECD dan IMF, kepastian dapat terwujud selama terpenuhinya empat hal. Pertama, terdapat kebijakan yang partisipatif dan berkeadilan. Kedua, administrasi pajak yang berkepastian. Ketiga, upaya pencegahan dan penyelesaian sengketa pajak yang efisien dan efektif. Keempat, keselarasan dengan konsensus internasional.

Sebagai informasi, OECD dan IMF sejak 2017-2019 telah menerbitkan laporan Tax Certainty yang salah satunya menggarisbawahi bahwa daya tarik investasi juga bisa diwujudkan melalui kepastian bagi wajib pajak.

Darussalam mengatakan perubahan paradigma perlu ditindaklanjuti dengan evaluasi berbagai tax expenditure. Evaluasi perlu dilakukan untuk melihat efektivitas, kesesuaiannya dengan lanskap ekonomi ke depan, serta untuk ‘mengerem’ laju pertumbuhannya.

Baca Juga: Jualan Online-Reseller, Hitung Pajak Pakai Pembukuan atau Pencatatan?

Selain perubahan paradigma relaksasi ini, Darussalam juga menawarkan tiga agenda pajak jangka menengah lainnya. Pertama, agenda reformasi dengan fokus pada undang-undang di bidang pajak, tidak lagi omnibus law. Kedua, penguatan administrasi pajak. Ketiga, perluasan basis pajak.

Secara umum, strategi jangka menengah yang paling tepat adalah mengurangi tax gap sekaligus memperluas basis pajak tanpa mendistorsi perekonomian terlalu besar. Simak artikel ‘Ada Pandemi Covid-19, Ini Tawaran Kebijakan Pajak Jangka Menengah’.

Terkait perluasan basis pajak, Darussalam juga mengapresiasi langkah pemerintah yang telah menerbitkan PMK 48/2020. Menurutnya, di saat ada pandemi seperti ini, ada beberapa industri, salah satunya terkait dengan transaksi digital, yang justru mencatatkan kinerja bisnis yang baik.

Baca Juga: Tidak Padankan NIK Jadi NPWP, Status NPWP Berubah Jadi Non-Aktif?

“Selama ini belum bisa dipajaki karena masalah administrasi, bukan masalah hukum. PMK 48/2020 ini memberikan ketentuan administrasinya. Ini penting,” imbuhnya. Simak pula artikel ‘Ini Penjelasan Resmi DJP Soal Pengenaan PPN Produk Digital Luar Negeri’.

Darussalam juga berharap PMK 210/2018 terkait perlakuan perpajakan atas transaksi e-commerce yang telah dicabut dapat diberlakukan kembali. Hal ini penting dalam konteks untuk pengumpulan data.

Menurutnya, relaksasi yang telah diberikan oleh DJP selama pandemi Covid-19 harus dipertukarkan dengan informasi dan data dari wajib pajak. Kebijakan ini penting untuk mengatasi risiko jangka menengah. Bagaimanapun, tax expenditure berpengaruh pada kinerja penerimaan.

Baca Juga: PT Perorangan Bisa Manfaatkan PPh Final 0,5 Persen selama 4 Tahun

Sebagai informasi, webinar ini diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (FEB Unpad) bekerja sama dengan Center for Accounting Studies (CAS) FEB Unpad dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) wilayah Jawa Barat.

Selain Darussalam, ada beberapa pembicara lain seperti Kepala Kanwil DJP Jakarta Selatan II Edi Slamet Irianto, Partner Deloitte Yan Hardyana, dan dosen Departmen Akuntansi FEB Unpad Sony Devano, dan Kepala Departemen Akuntansi FEB Unpad Memed Sueb. Dosen Departemen Akuntansi FEB Unpad Dede Abdul H. hadir sebagai moderator. (kaw)

Baca Juga: Negara Ini Siapkan Kembali Insentif Pajak untuk Tenaga Ahli Asing

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : kebijakan pajak, virus Corona, relaksasi pajak, insentif pajak, kepastian pajak, administrasi pajak

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

e-Faktur Masih Pakai Format NPWP 15 Digit, Begini Penjelasan DJP

Selasa, 02 Juli 2024 | 19:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

PKP Lupa Passphrase Sertifikat Elektronik e-Faktur, Ini Solusinya

Selasa, 02 Juli 2024 | 17:00 WIB
KPP PRATAMA POSO

Wah! Masih Banyak PKP Salah Input Kode Akun Pajak dan Jenis Setoran

Selasa, 02 Juli 2024 | 16:30 WIB
PER-6/PJ/2024

Tak Hanya Cabang, Wajib Pajak Pusat Juga Bakal Dapat NITKU

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya