Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

UU HPP Diundangkan, Implementasi Klaster KUP Dilakukan Bertahap

A+
A-
8
A+
A-
8
UU HPP Diundangkan, Implementasi Klaster KUP Dilakukan Bertahap

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Implementasi kebijakan UU No. 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) akan dilakukan secara bertahap.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP Neilmaldrin Noor mengatakan sejatinya UU 7/2021 mulai berlaku saat mulai diundangkan pada akhir Oktober 2021, utamanya untuk klaster KUP dan Cukai.

"Pada dasarnya, UU HPP memang mulai berlaku pada tanggal diundangkan," katanya Jumat (5/11/2021).

Baca Juga: Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Namun, Neilmaldrin menjelaskan, implementasi penuh UU 7/2021 membutuhkan aturan turunan sebagai panduan dan tata cara perubahan ketentuan perpajakan. Aturan turunan tersebut berlaku untuk implementasi perubahan atau penambahan aturan pada klaster KUP.

Oleh karena itu, ujar Neilmaldrin, pemerintah akan menerapkan ketentuan dalam UU HPP secara bertahap. Ukuran penerapannya berdasarkan ketersedian aturan turunan yang sudah dirilis kepada publik.

"Mengingat beberapa perubahan dan/atau penambahan aturan dalam UU HPP memerlukan aturan turunan untuk melaksanakannya, maka hal ini akan dilakukan secara bertahap sembari menunggu diterbitkannya aturan pelaksanaan, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri Keuangan," terangnya.

Baca Juga: Pegawai Dapat Uang untuk Sewa Kos dari Pemberi Kerja, Kena PPh 21?

Seperti diketahui, perubahan dalam klaster KUP dan Cukai yang diatur melalui UU No.7/2021 mulai berlaku saat mulai diundangkan. Pada klaster KUP terdapat beberapa pokok perubahan atau penambahan yang diatur.

Ketentuan tersebut antara lain Pemberlakukan Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi wajib pajak orang pribadi dengan tetap memperhatikan syarat subjektif dan objektif. Kemudian ada penurunan besaran sanksi dan pengenaan sanksi dengan menggunakan suku bunga acuan dan uplift factor pada saat pemeriksaan dan wajib pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) atau membuat pembukuan.

Selanjutnya, beleid ini mengatur kesetaraan pengenaan sanksi melalui penurunan sanksi terkait permohonan keberatan atau banding wajib pajak. Pengaturan asistensi penagihan pajak global dan pengaturan pelaksanaan Mutual Agreement Procedure (MAP) agar dapat berjalan secara simultan dengan proses keberatan atau banding.

Baca Juga: Tidak Padankan NIK Jadi NPWP, Status NPWP Berubah Jadi Non-Aktif?

Lalu kewenangan pemerintah untuk melaksanakan kesepakatan di bidang perpajakan dengan negara mitra secara bilateral maupun multilateral. Penegakan hukum pidana pajak dengan mengedepankan ultimum remedium melalui pemberian kesempatan kepada wajib pajak untuk mengembalikan kerugian pada pendapatan negara bahkan hingga tahap persidangan. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : UU HPP, RUU KUP, cukai, NIK, NPWP, MAP, ultimum remedium

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 04 Juli 2024 | 15:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

NITKU Digunakan Ditjen Pajak Bersama Pihak Lain

Kamis, 04 Juli 2024 | 13:45 WIB
KEBIJAKAN ENERGI

Apa Tantangan Pengembangan Smelter RI? Ternyata Ketersediaan Listrik

Kamis, 04 Juli 2024 | 11:43 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Single Submission Pabean-Karantina pada TPB Mulai Diuji Coba

Kamis, 04 Juli 2024 | 09:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Mahasiswa dan Belum Bekerja, Perlukah Ikut Pemadanan NIK-NPWP?

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya