Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Lengser Gara-Gara Pajak, Perdana Menteri Ini Sampaikan Unek-Unek

A+
A-
0
A+
A-
0
Lengser Gara-Gara Pajak, Perdana Menteri Ini Sampaikan Unek-Unek

Liz Truss. (foto: Twitter @trussliz)

LONDON, DDTCNews - Mantan Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengaku tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk mengimplementasikan pemangkasan pajak yang diusungnya saat masih menjabat.

Truss memandang pemangkasan pajak yang diusungnya diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kebijakan tersebut terpaksa batal diimplementasikan akibat derasnya penolakan dari publik.

"Media dan publik secara umum tidak sepenuhnya memahami argumen utama dari kebijakan pajak dan ekonomi kami. Seiring berjalannya waktu, sentimen bergeser kian ke kiri," katanya, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga: Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Secara jangka panjang, lanjut Truss, kebijakan penurunan tarif pajak diperlukan untuk mendorong perekonomian. Namun, ia mengakui pemerintah seharusnya berfokus menurunkan inflasi sebelum memberlakukan kebijakan pajak tersebut.

Dia juga mengakui kebijakan pajaknya bakal ditentang oleh banyak pihak, baik oleh mereka yang berada di luar pemerintahan maupun yang di dalam. Penolakan atas kebijakan pajaknya bahkan jauh di atas perkiraan Truss.

"Sayang, pemerintah menjadi kambing hitam atas beragam masalah yang sudah muncul berbulan-bulan sebelumnya," tuturnya seperti dilansir bbc.com.

Baca Juga: Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Pada masa awal kepemimpinannya, Truss menurunkan tarif tertinggi PPh orang pribadi dari 45% menjadi 40%, membatalkan kenaikan tarif PPh badan dari 19% menjadi 25%, dan menurunkan tarif terendah PPh orang pribadi dari 20% menjadi 19%.

Tak hanya itu, Truss juga merelaksasi tarif bea atas pembelian tanah (stamp duty) dan memberikan insentif bagi investor yang menanamkan modal di kawasan ekonomi khusus.

Namun, relaksasi pajak tersebut justru direspons negatif oleh pasar. Yield obligasi pemerintah tiba-tiba melonjak saat pemerintah mengumumkan kebijakan tersebut. Lonjakan yield memaksa Bank of England selaku bank sentral melakukan intervensi. (rig)

Baca Juga: Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : inggris, perdana menteri inggris, liz truss, pajak, pajak internasional, relaksasi pajak

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Minggu, 07 Juli 2024 | 17:00 WIB
KPP PRATAMA CURUP

Kegiatan Membangun Sendiri Dilakukan Bertahap, Begini Aturan PPN-nya

Minggu, 07 Juli 2024 | 15:30 WIB
UU KUP

Fungsi SPT bagi Wajib Pajak, PKP dan Pemotong Sesuai UU KUP

Minggu, 07 Juli 2024 | 14:30 WIB
KP2KP BINTUHAN

Kumpulkan Data Pengusaha, Petugas Pajak Kunjungi Dinas Pariwisata

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:00 WIB
PAJAK PENGHASILAN

Pegawai Dapat Uang untuk Sewa Kos dari Pemberi Kerja, Kena PPh 21?