Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

PPh Final Bukan Jenis Pajak, Lalu Apa?

A+
A-
9
A+
A-
9
PPh Final Bukan Jenis Pajak, Lalu Apa?

Expert Consultant DDTC Khisi Armaya Dhora saat mengupas Bab 9 buku Konsep dan Aplikasi Pajak Penghasilan

JAKARTA, DDTCNews – Pajak penghasilan (PPh) final hanya merupakan salah satu cara pengenaan pajak dalam sistem PPh yang memiliki ciri khusus. PPh final bukanlah suatu jenis pajak.

Hal ini diungkapkan Expert Consultant DDTC Khisi Armaya Dhora dalam webinar ‘Peluncuran dan Kupas Buku Konsep dan Aplikasi Pajak Penghasilan’. Acara peluncuran buku ke-10 terbitan DDTC ini diadakan bersamaan dengan momentum HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia dan HUT ke-13 DDTC.

Khisi mengatakan secara praktik, skema PPh final merupakan implikasi dari penerapan sistem pengenaan pajak terpisah atau yang dikenal dengan sistem schedular taxation. Baca artikel ‘Tidak Ada Definisi Penghasilan yang Diterima Secara Universal’.

Baca Juga: Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

“Dalam sistem ini, atas suatu jenis penghasilan, sumber penghasilan, atau karakteristik wajib pajak tertentu, pengenaan pajaknya berbeda dan diisolasikan dari pengenaan PPh yang berlaku secara umum (ring fencing),” katanya, Senin (31/8/2020).

Penerapan PPh final memunculkan pro dan kontra. Hal ini dibahas pula dalam Bab 9 buku Konsep dan Aplikasi Pajak Penghasilan. Dari sisi pro, sifat pengenaan PPh final dinilai sederhana. Hal inilah yang menyebabkan PPh final digunakan sebagai bagian dari upaya pemberian kemudahan administratif.

Sementara dari sisi kontra, PPh final dianggap menyampingkan asas pajak yang ideal dan menyalahi “roh” PPh sebagai pajak yang subjektif. Penerapan PPh final juga dinilai dapat menimbulkan beban administrasi bagi wajib pajak yang diberi kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak.

Baca Juga: Cara Cari Kurs Pajak Saat Ini dan Trennya Lewat DDTCNews

Selain PPh final, dalam webinar tersebut, Khisi juga mengupas Bab 7 mengenai objek PPh. Pasalnya, diskusi terpanjang dalam teori perpajakan adalah mengenai konsep dan desain pajak PPh. Salah satunya ketika menyusun dan menetapkan hal-hal yang menjadi objek PPh.

Umumnya, objek PPh dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu pertama, penghasilan dari hubungan pekerjaan (employment income). Kedua, penghasilan dari kegiatan usaha (business income). Ketiga, penghasilan modal (capital income). Keempat, penghasilan lain-lain.

Kemudian, Khisi juga mengupas Bab 8 mengenai biaya pengurang dan bukan pengurang penghasilan bruto. Pada dasarnya, biaya pengurang penghasilan bruto sering kali dianggap sebagai biaya yang dibebankan oleh wajib pajak sebagai upaya untuk memperoleh penghasilan.

Baca Juga: NIK, NPWP 16 Digit, NITKU Mulai 1 Juli 2024, Download Aturan di Sini

Secara konsep, biaya pengurang penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai hubungan dengan penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dan biaya yang memiliki hubungan dengan kegiatan yang dikenai pajak.

Dari konsep tersebut, ada tiga kategori biaya pengurang penghasilan bruto. Pertama, biaya pengurang penghasilan bruto terkait kegiatan usaha. Kedua, biaya pengurang penghasilan bruto untuk karyawan. Ketiga, biaya pengurang penghasilan bruto yang bersifat pribadi.

Dalam buku setebal 570 halaman tersebut, lanjut Khisi, juga dibahas pula mengenai permasalahan dalam penerapan biaya penghasilan bruto. Pasalnya, terdapat jenis biaya yang menimbulkan permasalahan dalam penentuannya. Jenis biaya itu, termasuk biaya pengurang penghasilan bruto atau bukan.

Baca Juga: Semangat Menyambut HUT ke-17, DDTC Gelar Acara Internal dan Eksternal

Selanjutnya, dibahas pula mengenai biaya yang tidak dapat dikurangkan penghasilan bruto. Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dirancang semata-mata sebagai bentuk pembatasan biaya pengurang penghasilan bruto.

“Setiap negara mempunyai kebijakan masing-masing dalam menetapkan biaya apa saja yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,” imbuh Khisi dalam webinar dengan jumlah pendaftar sebanyak 2.250 orang tersebut.

Seperti diketahui, terbitnya buku yang ditulis bersama Managing Partner DDTC Darussalam dan Managing Partner DDTC Darussalam ini juga menjadi wujud konkret dari misi menghilangkan informasi asimetris di dalam masyarakat pajak Indonesia serta berkontribusi dalam perumusan kebijakan pajak demi menjamin transformasi sistem pajak yang seimbang.

Baca Juga: Hilangkan Stres, Praktisi Pajak Pelajari Humor untuk Terapi Diri

Terbitnya buku ini juga menjadi wujud nyata komitmen DDTC untuk tetap produktif di tengah pandemi Covid-19. Hal ini sesuai dengan tagline HUT ke-13 DDTC, yaitu Stay Safe, Remain Productive. Simak artikel 'Resmi Diluncurkan, Lebih dari 500 Buku Baru DDTC Dibagikan Gratis'. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : buku pajak, DDTC, Konsep dan Aplikasi Pajak Penghasilan

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

Aisyah Jasmine Yogaswara

Selasa, 01 September 2020 | 09:03 WIB
Pada Webinar penerbitan buku kemarin, Mba Kishi sudah dengan jelas menjelaskan bahwa PPh bukan merupakan suatu jenis pajak tertentu, namun hanya berupa sistem pengenaan pajak yang memiliki ciri khusus. Terdapat penghasilan tertentu yang dikenai pajak yang terpisah (dari ketentuan yang berlaku umum) ... Baca lebih lanjut

Aurelio Ravi

Senin, 31 Agustus 2020 | 23:44 WIB
Sebagai anak muda yang peduli akan bangsa Indonesia, saya menekuni bidang perpajakan ini, saya melihat masih banyak ketidaktahuan wajib pajak yang sebenarnya menyimp potensi. Semoga dengan buku ini saya menjadi semakin paham akan dunia perpajakan Indonesia

akhmad reza

Senin, 31 Agustus 2020 | 17:25 WIB
selamat ulang tahunbke 13 DDTC, dan terima kasih atas diterbitkannya buku konsep dan aplikasi pajak penghasilan. semoga dengan buku ini kita dapat lebih memahami dan dapat mengimplementasikan dalam kewajiban kita membayar pajak guna membangun bangsa. terim kasih DDTC dan sukses selalu. .
1

ARTIKEL TERKAIT

Rabu, 05 Juni 2024 | 17:31 WIB
REFORMASI PAJAK

Teknologi Bukan Resep Tunggal untuk Perbaiki Administrasi Pajak

Rabu, 05 Juni 2024 | 10:45 WIB
LITERATUR PAJAK

Influencer Harus Tahu! Ketentuan Pajak atas Imbalan Endorsement

Selasa, 04 Juni 2024 | 12:17 WIB
UNIVERSITAS INDONESIA

Komwasjak dan FIA UI Gelar Diskusi Ilmiah, Bahas soal Institusi Pajak

Selasa, 04 Juni 2024 | 10:30 WIB
LITERATUR PAJAK

Pajak Content Creator, Ketahui secara Komprehensif di Perpajakan DDTC

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya