Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Kudeta di Myanmar, World Bank Khawatirkan Hal Ini

A+
A-
0
A+
A-
0
Kudeta di Myanmar, World Bank Khawatirkan Hal Ini

Ilustrasi. (World Bank)

WASHINGTON, DDTCNews – World Bank menilai kudeta pemerintahan yang terjadi di Myanmar berpotensi mengganggu upaya pembangunan negara tersebut.

World Bank menyatakan kudeta yang dilakukan militer berisiko membawa kemunduran besar bagi Myanmar. World Bank juga mengkhawatirkan nasib masyarakat yang terjebak dalam situasi memanas di negara tersebut.

"Kami mengkhawatirkan keselamatan dan keamanan orang-orang di Myanmar, termasuk staf dan mitra kami, yang saluran komunikasinya terganggu," bunyi pernyataan World Bank, dikutip Selasa (2/2/2021).

Baca Juga: Anggota Parlemen Ini Usulkan Minuman Berpemanis Kena Cukai 20 Persen

Baru-baru ini, kelompok militer Myanmar menahan Aung San Suu Kyi beserta anggota Partai Liga Nasional Demokrasi yang telah memenangi pemilu 2020. Dalam penahanan itu, saluran telepon dan internet di kota-kota utama Myanmar sempat terputus dan TV negara mati.

Tentara Myanmar telah menyerahkan kekuasaan kepada Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama setahun. Militer merasa ada kecurangan pemilu sehingga Suu Kyi yang menjadi pemenang.

Selama satu dekade terakhir, World Bank telah menjadi mitra yang berkomitmen mendukung transisi Myanmar menuju negara demokrasi. World Bank juga mendukung Myanmar mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan sekaligus peningkatan inklusi sosial.

Baca Juga: Di Balik Bertahapnya Integrasi NIK-NPWP, Pertimbangan Kesiapan Sistem

"Kami tetap berkomitmen untuk tujuan ini. Pikiran kami adalah bersama masyarakat Myanmar," kata World bank.

Berdasarkan data World Bank, terdapat kenaikan kesejahteraan sosial yang signifikan sejak Myanmar dibuka pada 2011. Pada 2017, tingkat kemiskinan turun menjadi 25% dari 48% pada 2005. Selain itu, World Bank mencatat komitmen pinjaman untuk Myanmar mencapai US$900 juta pada 2020, dan US$616 juta pada 2017.

Seperti dilansir channelnewsasia.com, pertumbuhan ekonomi Myanmar diprediksi menurun menjadi 0,5% pada tahun fiskal 2019/2020, dari 6,8% pada tahun sebelumnya. World Bank memproyeksikan ekonomi Myanmar bisa terkontraksi menjadi -2,5% jika pandemi Covid-19 berlarut-larut. (rig)

Baca Juga: Negara Ini Siapkan Kembali Insentif Pajak untuk Tenaga Ahli Asing

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : world bank, kudeta myanmar, pertumbuhan ekonomi, internasional

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Rabu, 26 Juni 2024 | 08:10 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

World Bank Sarankan Indonesia Turunkan Threshold PKP demi Penerimaan

Selasa, 25 Juni 2024 | 13:00 WIB
LAPORAN WORLD BANK

World Bank Sebut Batas Omzet PKP RI Terlalu Tinggi, Perlu Dipangkas?

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya