Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Menguji Keadilan Pajak

A+
A-
0
A+
A-
0
Menguji Keadilan Pajak

PRINSIP proporsionalitas (proportionality) dan kewajaran (reasonableness) sering digunakan sebagai standar dalam judicial review sebagai prinsip dalam menginterpretasi hukum lain yang berhubungan dengan sengketa. Prinsip ini juga digunakan dalam berbagai putusan pengadilan di berbagai yurisdiksi.

Namun, dalam penyelesaian sengketa pajak, prinsip proportionality dan reasonableness sangat jarang digunakan, dibahas atau dipelajari secara mendalam. Padahal, penerapannya dapat menghasilkan hukum pajak yang adil, konsisten, dan efisien.

Buku berjudul ‘Proportionality and Fair Taxation’ yang ditulis praktisi perpajakan Joao Dacio Rolim ini menyajikan pandangan tentang bagaimana prinsip proportionality dan reasonableness diterapkan di area hukum pajak.

Baca Juga: Menilik Kontroversi Tax Expenditure dalam Reformasi Pajak

Dalam buku setebal 240 halaman ini, Rolim menyatakan agar setiap aturan pajak haruslah reasonably proportionate. Dengan kata lain, setiap aturan haruslah proporsional dengan tujuan dari diadakannya aturan tersebut (all rules must be proportionate to their objective).

Lalu, bagaimana standar reasonableness ini diterapkan? Buku terbitan Kluwer Law International tahun 2014 ini memberi ilustrasi menarik. Misalkan ada aturan bahwa tarif pajak tertinggi dikenakan pada individu dengan berat badan lebih dari 180 kg dengan tujuan melindungi kesehatan.

Hal ini mungkin akan dianggap sebagai aturan yang tidak memiliki justifikasi yang beralasan (lack a reasonable justification) atau tidak mempunyai alasan yang cukup kuat. Namun, berbeda halnya jika aturan persyaratan berat badan ini dikombinasikan dengan faktor-faktor lain.

Baca Juga: Teknologi Bukan Resep Tunggal untuk Perbaiki Administrasi Pajak

Misalnya, gaji, tinggi badan, umur, dan rekomendasi medis. Dengan kombinasi itu, maka peraturan ini akan memiliki cukup alasan (reasonable) dan juga tepat (suitable) diterapkan dalam rangka melawan kegemukan, terlebih jika ada insentif pajak bagi individu yang mengikuti program diet.

Akan halnya jika prinsip proporsionalitas yang diterapkan, pengenaan tarif tertinggi itu sebetulnya tak diperlukan. Ada cara lain yang lebih baik dalam melawan kegemukan, misalnya memajaki junk food, makanan yang berlemak tinggi atau tidak memiliki nilai nutrisi dengan tarif pajak yang lebih tinggi.

Hal yang sama juga berlaku untuk kasus penghindaran pajak (tax avoidance). Dalam buku ini, Rolim menggunakan putusan The European Court Of Justice dalam kasus Cadbury Schweppes sebagai contoh penerapan prinsip proporsionality dan reasonableness dalam area pajak langsung.

Baca Juga: Dalami Pajak, Buku Baru Terbitan DDTC Ini Penting Jadi Bekal Awal

Kedua prinsip itu berperan dalam menentukan seadil dan seobjektif mungkin, isu legal dan fakta yang relevan dalam penghindaran pajak, seperti tujuan usaha (business purpose/valid commercial reason) dan substansi ekonomi (economic substance/wholly or not wholly artificial arrangement).

Tidak hanya dalam area pajak langsung, penerapan prinsip proportionality dan reasonableness juga dibahas dalam konteks penghindaran pajak pada area pajak tidak langsung. Contohnya dalam putusan The European Court Of Justice dalam kasus Halifax dan Part Service.

Dalam kasus ini, prinsip proporsionality dan reasonableness digunakan dalam menentukan apakah tujuan utama dari suatu rangkaian transaksi adalah untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pajak yang bertentangan dengan tujuan dari diadakannya suatu peraturan. Atau dengan kata lain apakah dapat dikategorikan sebagai tindakan penyalahgunaan hukum atau penyalahgunaan hak.

Baca Juga: Bagikan Buku Baru, Darussalam Tegaskan Lagi Komitmen DDTC

Secara keseluruhan, buku ini membahas sejauh mana prinsip proportionality dan reasonableness digunakan sebagai instrumen dalam menentukan bobot dari prinsip atau aturan hukum lain yang berhubungan dengan pajak dalam rangka interpretasi dan aplikasi hukum pajak secara efektif.

Dengan kedalaman pembahasan yang disajikan seperti itu, buku ini layak dibaca terutama oleh para pengacara, praktisi dan akademisi pajak, sekaligus menjadi referensi yang berguna bagi para pengambil kebijakan perpajakan. Buku ini tersedia di DDTC Library,*

Baca Juga: Mengupas Tantangan Pajak Akibat Mobilitas Individu di Era Digital

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : buku pajak, interpretasi hukum, hukum pajak

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Selasa, 28 Februari 2023 | 10:57 WIB
LITERASI PAJAK

3 Buku Baru DDTC, Bertambah Lagi Literatur Perpajakan di Indonesia

Selasa, 28 Februari 2023 | 10:10 WIB
LITERASI PAJAK

DDTC Resmi Luncurkan 3 Buku Baru Perpajakan

Kamis, 23 Februari 2023 | 16:00 WIB
EDUKASI PAJAK

Pengadilan Pajak Hadir untuk Siapa?

Kamis, 23 Februari 2023 | 15:22 WIB
RESENSI BUKU

Melihat Penyebab dan Dampak Kompetisi Pajak

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya