Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Defisit Perdagangan Kembali Terjadi, Ini Kata Darmin

A+
A-
0
A+
A-
0
Defisit Perdagangan Kembali Terjadi, Ini Kata Darmin

Menko Perekonomian Darmin Nasution.

JAKARTA, DDTCNews—Seperti diduga sebelumnya, neraca perdagangan pada Januari 2019 kembali mengalami defisit perdagangan sebesar US$1,16 miliar.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan defisit itu disebabkan menurunnya ekspor RI ke China, sebagai imbas perang dagang negeri tirai bambu tersebut dengan Amerika Serikat (AS).

“China dan Amerika, pertumbuhan ekonomi dan perdagangannya turun. Kita terpengaruh langsung, sementara mencari alternatifnya kelihatannya lambat,” ujarnya di Jakarta, Jumat (15/2/2019).

Baca Juga: Pemerintah Yakin Kinerja Perdagangan 2023 Lebih Tahan Banting

Badan Pusat Statistik sebelumnya mencatat ekspor Indonesia Januari 2019 mencapai US$13,87 miliar dan impor US$15,03 miliaratau defisit US$1,16 miliar, melanjutkan defisit Desember US$1,1 miliar.

Darmin menjelaskan China adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Setelah China disusul oleh AS. Namun, perang dagang membuat pertumbuhan ekonomi kedua negara melambat.

Di sisi lain, Indonesia tidak bisa dengan cepat mencari alternatif negara tujuan ekspor. Buktinya, ekspor Indonesia ke China turun signifikan walaupun tak menyebutkan angka.

Baca Juga: Indonesia Bisa Pertahankan Surplus Neraca Dagang di 2023, Ini Modalnya

Di sisi lain Indonesia agak lambat dalam menyesuaikan diri terhadap gejolak yang terjadi di dunia. "Ini karena perkembangan dunianya cepat sekali sehingga adjustment-nya lebih lambat,” paparnya.

Darmin memperkirakan pertumbuhan ekonomi China ke depan akan berada pada kisaran 6,5%. Dengan demikian diharapkan situasinya jauh lebih stabil.

“Apakah masih akan lebih lambat tapi rasanya justru kalau ekonomi China mungkin akan di 6,5% itu akan bisa lebih stabil,”tambahnya.

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Berlanjut, Mendag: Modal Hadapi Ancaman Resesi

Ekspor Januari 2019 sebelumnya tercatat turun 3,24% (month on month) senilai US$13,24 miliar. Secara tahunan, ekspor Januari 2019 turun 4,70% dibandingkan Januari 2018. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : defisit perdagangan, perang dagang, darmin nasution

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 16 Januari 2020 | 09:41 WIB
Perang Dagang AS dan China

AS dan China Bikin Kesepakatan Soal Tarif, Perang Dagang Mereda?

Rabu, 20 November 2019 | 17:45 WIB
INVESTASI

Yakinkan Investor, Kepala BKPM Roadshow ke 3 Negara

Rabu, 13 November 2019 | 12:50 WIB
KEBIJAKAN EKONOMI

Tekan Defisit Dagang, Ini Permintaan Presiden

Selasa, 05 November 2019 | 16:16 WIB
INVESTASI

Efek Perang Dagang, 59 Investor China Relokasi Pabrik ke Jawa Tengah

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 21:57 WIB
KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu CEISA yang Dikembangkan Ditjen Bea Cukai?

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya