Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Siapa yang Disebut Sebagai Tenaga Kerja Lepas?

A+
A-
20
A+
A-
20
Siapa yang Disebut Sebagai Tenaga Kerja Lepas?

SALAH satu bentuk insentif pajak untuk wajib pajak terdampak virus Corona (Covid-19) adalah pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP). Insentif ini diberikan kepada pegawai yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana diatur dalam PMK 44/2020

Merujuk pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-16/PJ/2016, setidaknya terdapat dua jenis pegawai, yaitu pegawai tetap dan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas. Lantas, sebenarnya siapa yang disebut sebagai pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas?

Definisi
PASAL 1 angka 11 PER-16/2016 mendefinisikan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas sebagai pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai bersangkutan bekerja berdasar jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu pekerjaan yang diminta pemberi kerja.

Baca Juga: Apa Itu Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi?

Hal ini berbeda dengan pegawai tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, serta berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

Adapun istilah yang digunakan atas penghasilan yang diterima pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah imbalan atau upah harian, mingguan, atau upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.

Secara lebih terperinci, PER-16/2016 mendefinisikan upah harian sebagai upah yang diperoleh karyawan secara harian. Selanjutnya, upah mingguan adalah upah yang diperoleh karyawan secara mingguan.

Baca Juga: Apa Beda NIK sebagai NPWP, NPWP 16 Digit, dan NITKU?

Sementara itu, yang dimaksud dengan upah satuan adalah upah yang diperoleh karyawan berdasarkan jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan. Lalu, upah borongan adalah upah yang diperoleh berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu

Kendati antara pegawai tetap dan tenaga kerja lepas sama-sama dikenakan PPh Pasal 21, perbedaan status kepegawaian berpengaruh pada aspek perpajakannya. Perbedaan tersebut membuat tenaga kerja lepas memiliki ketentuan pajak tersendiri.

PPh Tenaga Kerja Lepas
SALAH satu contoh ketentuan tersebut adalah PPh Pasal 21 hanya dikenakan pada tenaga kerja lepas yang memiliki penghasilan lebih dari Rp450 ribu per hari. Namun, ketentuan penghasilan tidak kena pajak ini tidak berlaku jika penghasilan dimaksud dibayarkan secara bulanan

Baca Juga: DJP Belum Saklek Terapkan NIK sebagai NPWP, Jadinya Berlaku Gradual

Hal ini sesuai dengan Pasal 12 ayat 1 huruf a PER-16/2016 yang menyatakan penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam satu bulan kalender belum melebihi Rp4,5 juta, tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp450 ribu

Adapun yang dimaksud dengan rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja. Perhitungan rata-rata upah yang diterima dalam sehari dapat dilakukan dengan tiga cara.

Pertama, untuk upah mingguan, dibagi dengan jumlah hari bekerja dalam seminggu. Kedua, untuk upah satuan, dikalikan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam sehari. Ketiga, untuk upah borongan, dibagi dengan jumlah hari dalam menyelesaikan perkerjaan borongan.

Baca Juga: Apa Itu 4 Pilar SAK di Indonesia?

Jika upah harian atau rata-rata upah harian sudah lebih dari Rp450 ribu, tetapi dalam sebulan belum melebihi Rp4,5 juta, penghasilan itu dipotong PPh Pasal 21 dengan dasar pengenaan pajak (DPP) upah harian atau rata-rata upah harian dikurangi Rp450 ribu. Tarif yang berlaku adalah tarif lapisan pertama Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh yaitu 5%.

Kemudian, dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 satu bulan kalender melebihi Rp4,5 juta tetapi kurang dari Rp10,2 juta, penghasilan tersebut dipotong PPh Pasal 21 dengan DPP upah sehari dikurang PTKP yang sebenarnya dikali dengan tarif 5%.

Adapun PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya PTKP yang sebenarnya ditetapkan dengan cara membagi PTKP per tahun dengan 360 hari.

Baca Juga: Apa Beda Hibah dan Warisan?

Lalu, apabila upah dibayarkan secara bulanan atau jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp10,2 juta, pajak penghasilan dikenakan dengan DPP penghasilan bruto disetahunkan dikurangi PTKP setahun dan dikali tarif pada Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh.

Secara ringkas, ketentuan PPh Pasal 21 tenaga kerja lepas dapat disimak pada tabel berikut. (Bsi)

Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Sebulan Tarif Dasar Pengenaan Pajak
<Rp450.000 <Rp4.500.000 5% Tidak dipotong PPh Pasal 21
>Rp450.000 ≤Rp4.500.000 juta 5% Upah sehari-Rp450.000
<Rp450.000 >Rp4.500.000 tetapi kurang dari Rp10.200.000 5% Upah sehari-PTKP yang sebenarnya
>450.000
<450.000 >Rp10.200.000 Atau upah dibayarkan secara bulanan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf ‘a’ UU PPh PKP setahun=penghasilan bruto disetahunkan-PKP setahun
>450.000

Sumber: PER-16/2016, diolah penulis

Baca Juga: Apa Itu Kantor Akuntan Publik (KAP)?

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : tenaga kerja lepas, pegawai tetap, PPh 21, kamus pajak

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

Seoul

Sabtu, 13 Februari 2021 | 22:44 WIB
Apakah upah kerja seorang yang dikontrak hanya dipakai satu saja dan nilai upah di bawah 3.5 Juta kena potongan pajak? Rincian ya 2.8 juta upah dan 700 ribu ongkos transport.. Trims
1

ARTIKEL TERKAIT

Sabtu, 25 Mei 2024 | 08:09 WIB
BERITA PAJAK SEPEKAN

Pemotongan PPh 21 Tak Dibuatkan Form 1721-A3, Tetap Diakui Hingga Mei

Jum'at, 24 Mei 2024 | 13:00 WIB
KAMUS PAJAK

Apa Itu Penggantian dalam Dasar Pengenaan Pajak PPN?

Senin, 20 Mei 2024 | 18:30 WIB
KAMUS PAJAK

Update 2024: Apa Itu Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)?

Rabu, 15 Mei 2024 | 18:30 WIB
KAMUS PAJAK

Update 2024: Apa Itu Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Nilai Lain?

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:00 WIB
PAJAK PENGHASILAN

Pegawai Dapat Uang untuk Sewa Kos dari Pemberi Kerja, Kena PPh 21?

Senin, 08 Juli 2024 | 14:11 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Coretax DJP: 360 Derajat, Wajib Pajak Dapat Dilihat dari Berbagai Sisi

Senin, 08 Juli 2024 | 14:00 WIB
KEPATUHAN PAJAK

Jualan Online-Reseller, Hitung Pajak Pakai Pembukuan atau Pencatatan?