Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Target Tax Ratio 23% Dipertanyakan Mahfud MD, Begini Jawaban Gibran

A+
A-
9
A+
A-
9
Target Tax Ratio 23% Dipertanyakan Mahfud MD, Begini Jawaban Gibran

Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka saat debat calon wakil presiden Pemilu 2024 di JCC, Jakarta, Jumat (22/12/2023). Debat kedua Pemilu 2024 diikuti tiga cawapres yang mengangkat tema ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.

JAKARTA, DDTCNews - Cawapres Mahfud MD memanfaatkan sesi debat untuk mempertanyakan target rasio pajak (tax ratio) yang diusung pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebesar 23%.

Mahfud mengatakan target tax ratio Prabowo-Gibran terlampau tinggi untuk ukuran ekonomi Indonesia. Dalam hitungannya, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar setidaknya 10% agar target tax ratio tersebut tercapai.

"Dalam simulasi kami, angka itu hampir tidak masuk akal karena pertumbuhan ekonomi bisa 10%. Padahal selama ini pertumbuhan ekonomi 5% [sampai] 6%. Lalu bagaimana Anda mau menaikkan pajak?" katanya dalam dalam debat, Jumat (22/12/2023).

Baca Juga: Makan Siang Gratis Butuh Rp71 Triliun, DPR Pastikan Tak Bebani Fiskal

Mendapat pertanyaan tersebut, Gibran menuturkan telah memiliki 3 strategi. Pertama, membentuk badan penerimaan negara yang dikomandoi langsung oleh presiden.

Dia menilai pembentukan badan khusus ini akan mempermudah koordinasi di antara kementerian terkait sehingga upaya optimalisasi penerimaan pajak makin efektif. Dalam hal ini, Ditjen Pajak (DJP) dan Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) bakal dilebur untuk menjalankan tugas yang hanya berfokus pada penerimaan.

Kedua, pasangan Prabowo-Gibran berupaya meningkatkan peran digitalisasi dalam sistem pajak. Dia juga menyinggung langkah pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (PSIAP) atau coretax administration system (CTAS) yang saat ini tengah berjalan.

Baca Juga: Pembentukan BPN Harus Didasarkan pada Kepentingan Publik

Dia menjelaskan implementasi CTAS akan memperbaiki proses bisnis, administrasi, dan pelayanan pajak.

"Misalnya nanti ketika sistem keluar, ketika kita akan melaporkan SPT Tahunan, kita tidak perlu lagi mengisi dan menghitung karena sistemnya sudah prepopulated sehingga tinggal klik, klik, klik, konfirmasi, selesai," ujarnya.

Ketiga, Gibran menyebut pentingnya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi, terutama yang berfokus pada hilirisasi. Apabila investasi meningkat, penerimaan pajak juga bakal terkerek.

Baca Juga: Badan Penerimaan Negara, Bukan Hanya Soal Pisah dari Kemenkeu

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk melakukan hilirisasi. Selain nikel, komoditas yang potensial dilakukan hilirisasi antara lain tembaga, bauksit, timah, bioetanol, biodiesel.

Melalui hilirisasi yang serius dan berkelanjutan, dia meyakini Indonesia bahkan berpeluang menjadi raja energi dunia.

Usai mendapat jawaban dari Gibran, Mahfud kembali bertanya mengenai strategi meningkatkan penerimaan pajak sekaligus pertumbuhan ekonomi. Alasannya, insentif pajak yang selama ini banyak ditawarkan pemerintah ternyata tidak terlalu menarik bagi investor.

Baca Juga: Munculnya DJP ‘Plus’ di Tengah Agenda Pembentukan BPN

Di sisi lain, dia mengingatkan kebijakan meningkatkan penerimaan pajak melalui kenaikan tarif juga dapat menimbulkan penolakan dari masyarakat.

"Hati-hati lho, rakyat itu sensitif kalau pajak dinaikkan karena kita sudah berkali-kali menawarkan tax amnesty juga enggak jelas hasilnya. Juga insentif pajak sudah ditawarkan oleh pemerintah, tetapi enggak ada yang mau," katanya.

Setelahnya, Gibran kembali menjawab komitmen untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. Dia mencontohkan program integrasi nomor pokok wajib pajak (NPWP) orang pribadi dengan nomor induk kependudukan (NIK) yang cocok untuk memperluas basis pajak.

Baca Juga: APBN Transisi, Tim Prabowo-Gibran Mengaku Tetap Utamakan Kehati-Hatian

"Saya tahu pasti pada negative thinking. Tidak, kita tidak akan memberatkan UMKM. Yang di bawah omzetnya Rp500 juta, pajaknya nol. Kepingin modal Rp200 juta, KUR, tanpa agunan, enggak ada yang memberatkan," imbuhnya. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : pemilu 2024, pemilu, pilpres, capres, cawapres, debat, Muhaimin Iskandar, Cak Imin, Gibran Rakabuming Raka, Mahfud MD

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 18 April 2024 | 11:07 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Program Presiden Terpilih Bakal Diintegrasikan Lewat RKP 2025

Minggu, 07 April 2024 | 12:30 WIB
PEMILU 2024

Hadiri Sidang MK, Sri Mulyani Beri Penjelasan Soal Anggaran Bansos

Sabtu, 06 April 2024 | 13:30 WIB
KEBIJAKAN FISKAL

Sri Mulyani: APBN 2025 Beri Ruang untuk Program Pemerintah Berikutnya

berita pilihan

Senin, 08 Juli 2024 | 17:40 WIB
PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Bebas Bea Masuk Bibit dan Benih Pertanian, Download di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:30 WIB
APBN 2024

Sri Mulyani Proyeksikan Kinerja PNBP Lampaui Target Tahun Ini

Senin, 08 Juli 2024 | 17:00 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Kejar Penerimaan Pajak di Semester II, Sri Mulyani Ungkap 3 Strategi

Senin, 08 Juli 2024 | 16:45 WIB
SELEKSI HAKIM AGUNG

Wawancara Calon Hakim Agung, Termasuk TUN Khusus Pajak, Tonton di Sini

Senin, 08 Juli 2024 | 16:05 WIB
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan Bea dan Cukai 2024 Diprediksi Kembali Shortfall Rp24,5 T

Senin, 08 Juli 2024 | 16:00 WIB
KABUPATEN WONOSOBO

Opsen Pajak Kendaraan di Kabupaten Wonosobo Diatur, Begini Detailnya

Senin, 08 Juli 2024 | 15:15 WIB
PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan Pajak Terkontraksi 7,9%, Sri Mulyani Ungkap 2 Penyebabnya