Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Bagaimana Aturan Tarif PPh Jasa Konstruksi yang Tidak Bersertifikat?

A+
A-
11
A+
A-
11
Bagaimana Aturan Tarif PPh Jasa Konstruksi yang Tidak Bersertifikat?

Pertanyaan:
PERKENALKAN, nama saya Ika. Saat ini bekerja sebagai staf keuangan di sebuah perusahaan penyedia jasa konstruksi. Perusahaan tempat saya bekerja terletak di Surabaya dan tidak memiliki sertifikat badan usaha (SBU) di bidang konstruksi.

Baru-baru ini, saya mendapatkan kabar bahwa terdapat perubahan ketentuan tarif PPh final atas jasa konstruksi. Saya ingin bertanya, bagaimana ketentuan tarif PPh final atas perusahaan tempat saya bekerja? Terima kasih.

Jawaban:
TERIMA kasih Ibu Ika atas pertanyaan yang diberikan. Untuk menjawab pertanyaan Ibu Ika, perlu dipahami terlebih dahulu ketentuan yang berlaku sebelum terjadi perubahan. Sebelumnya, ketentuan mengenai tarif PPh final diatur dalam PP 51/2008 jo. PP 40/2009.

Dalam ketentuan tersebut, skema tarif PPh final dibagi berdasarkan pada jenis jasa konstruksi dan klasifikasi usahanya. Berdasarkan pada PP 51/2008 jo. PP 40/2009, terdapat 2 tarif PPh final yang ditetapkan bagi penyedia jasa konstruksi tanpa klasifikasi usaha.

Pertama, penyedia jasa pelaksanaan konstruksi tanpa kualifikasi usaha dikenakan tarif PPh final sebesar 4%. Kedua, penyedia jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi tanpa kualifikasi usaha dikenakan tarif PPh final sebesar 6%.

Selang beberapa tahun kemudian, ketentuan tersebut diubah dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2022 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi (PP 9/2022). Dalam PP 9/2022, skema tarif PPh final dibedakan berdasarkan jenis jasa konstruksi dan kepemilikan sertifikat di bidang konstruksi.

Jenis jasa konstruksi yang diatur dalam PP 9/2022 mengalami perubahan penyebutan jika dibandingkan ketentuan sebelumnya. Pasal 2 ayat (4) PP 9/2022 membagi usaha jasa konsultasi menjadi layanan konsultasi konstruksi, pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan konstruksi terintegrasi.

Meski terdapat perubahan tersebut, tarif PPh final terhadap penyedia jasa konstruksi yang tidak memiliki sertifikat sebenarnya masih sama dengan ketentuan lama seperti yang diatur dalam PP 51/2008 jo. PP 40/2009.

Adapun ketentuan mengenai tarif PPh final atas penyedia jasa konstruksi yang tidak memiliki sertifikat di bidang konstruksi tercantum dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b, e, dan g PP 9/2022. Dalam hal penyedia jasa pekerjaan konstruksi tidak memiliki sertifikat, tarif PPh final yang dikenakan sebesar 4%.

Demikian pula dengan penyedia pekerjaan konstruksi terintegrasi yang tidak memiliki sertifikat, tarif PPh final yang dikenakan sebesar 4%. Sementara itu, bagi penyedia jasa konsultasi konstruksi yang tidak memiliki sertifikat di bidang konstruksi akan dikenakan tarif PPh final sebesar 6%.

Perlu dicatat, meski mengatur PPh final bagi penyedia jasa konstruksi yang tidak memiliki sertifikat, PP 9/2022 tidak semata-mata menghilangkan kewajiban penyedia jasa konstruksi untuk memiliki sertifikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi. Pernyataan ini tertulis dalam Pasal 6 ayat (7a) PP 9/2022.

Demikian jawaban kami. Semoga membantu.

Sebagai informasi, artikel Konsultasi UU HPP akan hadir setiap Selasa guna menjawab pertanyaan terkait UU HPP beserta peraturan turunannya yang diajukan ke email [email protected]. Bagi Anda yang ingin mengajukan pertanyaan, silakan langsung mengirimkannya ke alamat email tersebut.

(Disclaimer)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : Konsultasi UU HPP, DDTC Fiscal Research & Advisory, konsultasi pajak, pajak, PP 9/2022, UU HPP

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 04 Juli 2024 | 09:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Mahasiswa dan Belum Bekerja, Perlukah Ikut Pemadanan NIK-NPWP?

Kamis, 04 Juli 2024 | 09:00 WIB
KABUPATEN KENDAL

Dorong Wajib Pajak Bayar Tunggakan, Pemda Adakan Pemutihan PBB

Kamis, 04 Juli 2024 | 08:35 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

E-Faktur Belum Pakai NPWP 16 Digit, Ini Penjelasan DJP

Rabu, 03 Juli 2024 | 19:00 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Bangun Pabrik Baterai EV di Karawang, Mendag Korsel Singgung Pajak

berita pilihan

Kamis, 04 Juli 2024 | 21:02 WIB
TIPS PAJAK

Cara Cari Kurs Pajak Saat Ini dan Trennya Lewat DDTCNews

Kamis, 04 Juli 2024 | 19:30 WIB
KPP PRATAMA BLITAR

Hayo, DJP Ingatkan Lagi Tiga Kewajiban yang Perlu Dijalankan WP PKP

Kamis, 04 Juli 2024 | 19:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Cabang Tak Kunjung Dapat NITKU, WP Pusat Perlu Mutakhirkan Data

Kamis, 04 Juli 2024 | 18:54 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ini Fungsi 7 Layanan Pajak yang Sudah Berbasis NIK dan NPWP 16 Digit

Kamis, 04 Juli 2024 | 18:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Penghasilan Orang Pribadi di Bawah PTKP Bisa Bebas PPh Final PHTB

Kamis, 04 Juli 2024 | 18:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Mobil Asing di Perbatasan Bisa Masuk Wilayah RI dengan Impor Sementara

Kamis, 04 Juli 2024 | 17:45 WIB
KEBIJAKAN FISKAL

Penuhi Kebutuhan Pembiayaan 2024, Pemerintah Punya SAL Rp459 Triliun

Kamis, 04 Juli 2024 | 16:45 WIB
KONSULTASI PAJAK

Data Padan, Apa Saja Layanan Pajak yang Sudah Mengakomodasi NIK-NPWP?

Kamis, 04 Juli 2024 | 16:45 WIB
KABUPATEN BREBES

Daftar Tarif Pajak Terbaru di Brebes, Ada Pajak Sarang Walet 10 Persen