Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

WP Beromzet Kurang Rp4,8 M Bisa Pilih PP 23 atau Norma, Apa Bedanya?

A+
A-
63
A+
A-
63
WP Beromzet Kurang Rp4,8 M Bisa Pilih PP 23 atau Norma, Apa Bedanya?

Pegawai menata kain batik motif khas Kalimantan Tengah yang dijual di Toko Moneng Galeri, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (27/10/2022). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/nym.

JAKARTA, DDTCNews - Wajib pajak orang pribadi dengan peradaran bruto dari usaha dan/atau pekerjaan bebas kurang dari Rp4,8 miliar bisa memilih menjalankan kewajiban pajaknya dengan 2 opsi. Pertama, mengikuti ketentuan PP 23/2018 dengan tarif PPh final 0,5%. Kedua, menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) untuk menghitung penghasilan neto yang dikenakan pajak dengan ketentuan teknisnya diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak PER-17/PJ/2015.

Namun, perlu dicatat bahwa keduanya ada plus-minus. Wajib pajak perlu memahami opsi mana yang lebih baik diikuti sesuai dengan kondisi usaha mereka. Lantas apa beda keduanya?

"Perbedaan pertama, ketentuan NPPN hanya dapat digunakan oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha/pekerjaan bebas," ujar akun resmi Ditjen Pajak (DJP) @kring_pajak, dikutip Jumat (28/10/2022).

Baca Juga: Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Sementara ketentuan PP 23/2018 bisa dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Ingat, ada perbedaan periode pemberlakuan terhadap masing-masing jenis wajib pajak yang menggunakan PP 23/2018.

Perbedaan kedua, wajib pajak yang menggunakan NPPN wajib menyampaikan pemberitahuan terlebih dulu kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Jika tidak menyampaikan pemberitahuan, wajib pajak dianggap memilih melakukan pembukuan, bukan pencatatan.

"Sedangkan wajib pajak yang memakai PP 23/2018 tidak wajib memberitahuan kepada DJP bahwa akan menggunakan ketentuan tersebut," imbuh @kring_pajak.

Baca Juga: Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Ketiga, apabila seorang wajib pajak yang menggunakan NPPN mendapatkan penghasilan objek PPh dari pemotong PPh, penghasilan tersebut akan dipotong PPh oleh pemotong PPh sesuai ketentuan umum PPh. Sementara itu, apabila wajib pajak yang menggunakan PP 23/2018 mendapatkan penghasilan objek PPh dari pemotong PPh, atas penghasilan tersebut bisa diberikan surat keterangan PP 23/2018 agar dikenakan PPh sesuai ketentuan PP 23/2018.

"Baik wajib pajak yang memakai ketentuan PP 23/2018 dan wajib pajak yang memakai NPPN adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria tertentu," kata DJP.

Perlu dipahami juga, apabila seorang wajib pajak yang menggunakan PP 23/2018 mencatatkan omzet melebihi Rp4,8 miliar, wajib pajak tersebut hanya dapat menggunakan fasilitas PPh final PP 23/2018 sampai dengan akhir tahun pajak yang bersangkutan. Dalam kasus tersebut, wajib pajak perlu menggunkaan PPh berdasarkan ketentuan umum. (sap)

Baca Juga: Nama Pengurus Tak Masuk Akta Pendirian, Boleh Tanda Tangan SPT Badan?

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : administrasi pajak, PPh final, UMKM, PP 23/2018, NPPN, norma, UU PPh

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Senin, 01 Juli 2024 | 12:00 WIB
PER-6/PJ/2024

Catat! Ada 7 Layanan Pajak yang Bisa Diakses Pakai NIK Mulai 1 Juli

Senin, 01 Juli 2024 | 09:56 WIB
PER-6/PJ/2024

DJP Terbitkan Perdirjen soal Penahapan Implementasi NIK sebagai NPWP

Minggu, 30 Juni 2024 | 14:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Aplikasi e-Bupot Diperbarui, Bupot PPh 21 Terkirim Otomatis ke Pegawai

Minggu, 30 Juni 2024 | 13:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Tunggu Coretax Siap, Penggunaan NIK sebagai NPWP Dilakukan Gradual

berita pilihan

Jum'at, 05 Juli 2024 | 20:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
IBU KOTA NUSANTARA (IKN)

Jokowi: IKN Jadi Sumber Ekonomi Baru, Serap Hasil Tani Daerah Lain

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:09 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa PPh Pasal 26 atas Jasa Luar Negeri

Jum'at, 05 Juli 2024 | 17:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Dukung Kelancaran Ibadah Haji 2024, DJBC dan Saudi Customs Kerja Sama