Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Literasi
Selasa, 02 Juli 2024 | 15:00 WIB
PANDUAN PAJAK PEMULA
Senin, 01 Juli 2024 | 18:12 WIB
KAMUS PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 20:00 WIB
KAMUS AKUNTANSI DAN PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 19:30 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
Data & Alat
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Rabu, 19 Juni 2024 | 10:03 WIB
KURS PAJAK 19 JUNI 2024 - 25 JUNI 2024
Fokus
Reportase

WP UMKM Dianggap Telah Lapor SPT Masa PPh Unifikasi Jika Begini

A+
A-
10
A+
A-
10
WP UMKM Dianggap Telah Lapor SPT Masa PPh Unifikasi Jika Begini

Ilustrasi. Pekerja menjemur kerupuk di Desa Kenanga, Indramayu, Jawa Barat, Senin (5/12/2022). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/tom.

JAKARTA, DDTCNews - Wajib pajak UMKM yang telah melakukan penyetoran PPh final dan telah mendapat validasi dengan nomor transaksi penerimaan negara (NTPN) dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh unifikasi.

Berdasarkan pada Pasal 7 ayat (3) PMK 164/2023, wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu (UMKM) yang melakukan penyetoran PPh final harus menyampaikan SPT Masa PPh unifikasi paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak.

“Wajib pajak yang telah melakukan penyetoran … dan telah mendapat validasi … dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh unifikasi … sesuai dengan tanggal validasi NTPN yang tercantum pada Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP,” bunyi penggalan Pasal 7 ayat (5) PMK 164/2023, dikutip pada Kamis (14/3/2024).

Baca Juga: Wah! Masih Banyak PKP Salah Input Kode Akun Pajak dan Jenis Setoran

Adapun penyetoran PPh final dilakukan setiap bulan untuk masing-masing tempat kegiatan usaha. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pasal 7 ayat (4) PMK 164/2023 memuat pengecualian dari kewajiban penyampaian SPT Masa PPh unifikasi. Pengecualian berlaku apabila pada suatu bulan tidak terdapat kewajiban penyetoran PPh final yang disebabkan karena:

  • wajib pajak tidak memiliki penghasilan dari usaha yang dikenai PPh final dalam jangka waktu tertentu;
  • wajib pajak hanya melakukan transaksi yang dilakukan pemotongan atau pemungutan PPh (transaksi dengan pihak yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemungut PPh); atau
  • peredaran bruto atas penghasilan dari usaha secara kumulatif sejak masa pajak pertama tahun pajak yang bersangkutan belum melebihi Rp500 juta (untuk wajib pajak orang pribadi UMKM).

Adapun ketentuan di atas hanya berlaku untuk skema pelunasan PPh final dengan cara disetor sendiri oleh wajib pajak. Seperti diketahui, sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) PMK 164/2023, ada 2 cara pelunasan PPh final.

Baca Juga: Bukti Potong di e-Bupot 21/26, Pemotong PPh Tidak Repot Kirim Manual

Pertama, disetor sendiri oleh wajib pajak. Kedua, dipotong atau dipungut oleh pemotong atau pemungut PPh. Skema kedua berlaku jika wajib pajak UMKM melakukan transaksi dengan pihak yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemungut PPh.

Sebagai informasi kembali, seperti diberitakan sebelumnya, pembuatan kode billing terkait dengan PPh final UMKM dengan KAP/KJS 411128-423 menggunakan NPWP pihak pemotong atau pemungut pajak. Simak ‘Billing 411128-423 PPh Final UMKM, Tidak Bisa Lagi Input NPWP Lain’. (kaw)

Baca Juga: Update Lagi! E-Bupot 21/26 Versi 2.0 Dirilis di DJP Online

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : PMK 164/2023, PP 55/2022, UMKM, PPh final, SPT Masa PPh Unifikasi, SPT Masa, NTPN

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Sabtu, 08 Juni 2024 | 14:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Suami Beri Rumah kepada Istri, Bukan Objek Pajak

Jum'at, 07 Juni 2024 | 12:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

WP OP Beromzet kurang dari Rp500 Juta, Perlukah Pemotong Bikin Bupot?

Selasa, 04 Juni 2024 | 17:00 WIB
KP2KP SIDRAP

Pelajari Probis Jasa Servis Motor Balap, Petugas Pajak Adakan Visit

berita pilihan

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Kemenperin Beri Usulan Terkait Insentif Perpajakan Industri Farmasi

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

e-Faktur Masih Pakai Format NPWP 15 Digit, Begini Penjelasan DJP

Rabu, 03 Juli 2024 | 09:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Strategi Turunkan Harga Obat dan Alkes, Insentif Perpajakan Disiapkan

Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Masih Lesu Terhadap Mayoritas Negara Mitra

Rabu, 03 Juli 2024 | 08:30 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

Kejar Target Penerimaan Pajak, Kemenkeu Optimalisasi Proses Restitusi

Selasa, 02 Juli 2024 | 19:54 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Coretax DJP, TAM Disebut Punya 4 Manfaat Ini bagi Wajib Pajak

Selasa, 02 Juli 2024 | 19:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

PKP Lupa Passphrase Sertifikat Elektronik e-Faktur, Ini Solusinya

Selasa, 02 Juli 2024 | 18:30 WIB
PROVINSI DKI JAKARTA

Semester I/2024, Pemprov DKI Jakarta Kumpulkan Pajak Rp16,8 Triliun

Selasa, 02 Juli 2024 | 18:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), Begini Ketentuannya