Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Penerapan CRM dan Teknologi Berpeluang Wujudkan Kepatuhan Kooperatif

A+
A-
1
A+
A-
1
Penerapan CRM dan Teknologi Berpeluang Wujudkan Kepatuhan Kooperatif

Manager DDTC Fiscal Research & Advisory (FRA) Denny Vissaro memaparkan materi dalam 1st International & 4th National Conference on Accounting and Fraud Auditing di Auditorium Universitas Trilogi, Rabu (1/2/2023).

JAKARTA, DDTCNews – Penerapan compliance risk management (CRM) dalam digitalisasi administrasi perpajakan berpotensi besar mewujudkan kepatuhan kooperatif (cooperative compliance).

Manager DDTC Fiscal Research & Advisory (FRA) Denny Vissaro mengatakan penerapan CRM akan memperbaiki kualitas perlakuan otoritas terhadap wajib pajak. Perlakuan, baik dari sisi pelayanan maupun pengawasan, dapat lebih tepat sasaran sesuai dengan risiko ketidakpatuhan wajib pajak.

“Nantinya, otoritas bisa menerapkan langkah treatment berdasarkan profiling sesuai dengan data. DJP sudah mempunyai akses berbagai data, termasuk data keuangan,” ujarnya dalam 1st International & 4th National Conference on Accounting and Fraud Auditing di Auditorium Universitas Trilogi, Rabu (1/2/2023).

Baca Juga: Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Dengan adanya CRM, wajib pajak dikelompokkan berdasarkan profil risiko ketidakpatuhan. Pertama, wajib pajak memutuskan untuk tidak patuh. Kedua, wajib pajak hanya patuh jika terdeteksi oleh otoritas pajak. Ketiga, wajib pajak memiliki keinginan untuk patuh. Keempat, wajib pajak selalu patuh.

Perlakuan antara kelompok wajib pajak yang memutuskan tidak patuh berbeda dengan kelompok lain. Untuk wajib pajak yang memutuskan tidak patuh, otoritas bisa menjalankan pemeriksaan atau penegakan hukum. Sementara untuk wajib pajak yang berkeinginan patuh, otoritas bisa memberi edukasi dan pelayanan.

Nantinya, sambung Denny, rekomendasi perlakuan tersebut akan muncul secara otomatis karena bantuan teknologi informasi. Artinya, analisis tidak dilakukan secara manual oleh masing-masing fiskus di kantor pajak. Simak pula ‘Mengoptimalisasi Pengawasan Kepatuhan Berbasis Risiko’.

Baca Juga: Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Terlebih, hingga saat ini, otoritas masih menjalankan pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (PSIAP). Hal ini didukung pula dengan adanya integrasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Simak ‘Digitalisasi Administrasi Pajak, Bukan Hanya Urusan Teknologi’.

Denny mengatakan dengan adanya CRM dan penggunaan teknologi—termasuk artificial intelligence—akan mendukung upaya menciptakan kepatuhan kooperatif. Terlebih, CRM dapat diterapkan pada semua proses bisnis yang terdigitalisasi.

Bagi otoritas, akan tercipta integrasi serta standardisasi data, rekomendasi langkah berbasis data, serta peningkatan transparansi dan akurasi informasi. Bagi wajib pajak, ada kepastian, penurunan biaya kepatuhan, simplifikasi administrasi pajak, serta pemenuhan hak-haknya.

Baca Juga: Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

“Dengan cooperative compliance, ada hubungan saling percaya antara wajib pajak dan otoritas. Jadi, pertanyaannya bukan lagi apakah pajak masih bisa dihindari dengan adanya digitalisasi, melainkan apakah masih perlu menghindari pajak?” imbuh Denny. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : kampus, pajak, Universitas Trilogi, CRM, PSIAP, cooperative compliance

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 04 Juli 2024 | 21:02 WIB
TIPS PAJAK

Cara Cari Kurs Pajak Saat Ini dan Trennya Lewat DDTCNews

Kamis, 04 Juli 2024 | 19:30 WIB
KPP PRATAMA BLITAR

Hayo, DJP Ingatkan Lagi Tiga Kewajiban yang Perlu Dijalankan WP PKP

Kamis, 04 Juli 2024 | 19:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Cabang Tak Kunjung Dapat NITKU, WP Pusat Perlu Mutakhirkan Data

Kamis, 04 Juli 2024 | 18:54 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ini Fungsi 7 Layanan Pajak yang Sudah Berbasis NIK dan NPWP 16 Digit

berita pilihan

Jum'at, 05 Juli 2024 | 20:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
IBU KOTA NUSANTARA (IKN)

Jokowi: IKN Jadi Sumber Ekonomi Baru, Serap Hasil Tani Daerah Lain

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:09 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa PPh Pasal 26 atas Jasa Luar Negeri

Jum'at, 05 Juli 2024 | 17:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Dukung Kelancaran Ibadah Haji 2024, DJBC dan Saudi Customs Kerja Sama