Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Digitalisasi Batasi Pertemuan Pegawai Pajak dan WP, DJP Harapkan Ini

A+
A-
2
A+
A-
2
Digitalisasi Batasi Pertemuan Pegawai Pajak dan WP, DJP Harapkan Ini

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP Dwi Astuti (kedua dari kanan), mantan Dirjen Pajak Machfud Sidik (paling kanan), dan Ketua Umum Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Ruston Tambunan (paling tengah). 

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Pajak (DJP) menyatakan langkah digitalisasi dan perbaikan proses bisnis menjadi bagian dari upaya otoritas untuk menekan ruang korupsi.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP Dwi Astuti mengatakan digitalisasi dan perbaikan proses bisnis telah meminimalisasi interaksi tatap muka antara petugas dan wajib pajak. Dengan kata lain, peluang petugas dan wajib pajak untuk bertransaksi juga makin kecil.

"Intinya digitalisasi ini meminimalisasi pertemuan fiskus dan wajib pajak. Harapannya, kesempatan untuk melakukan itu [penyimpangan] makin sempit," katanya dalam webinar Korupsi & Reformasi Perpajakan, Rabu (12/4/2023).

Baca Juga: Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Dwi menuturkan reformasi diperlukan salah satunya untuk memperkuat integritas pegawai. Melalui reformasi, DJP berupaya memperbaiki proses bisnis sehingga wajib pajak tidak perlu berinteraksi dengan petugas secara tatap muka.

Dia menjelaskan pelayanan kepada wajib pajak kini sudah diarahkan untuk memanfaatkan teknologi digital. Terlebih, DJP juga tengah melakukan pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (PSIAP) atau coretax administration system (CTAS).

Pembaruan PSIAP akan memberikan kepastian dan efisiensi bagi wajib pajak karena berbagai proses bisnis utama DJP bakal terintegrasi. Meski beralih pada sistem digital, kualitas pelayanan kepada wajib pajak pun dipastikan tidak akan berkurang.

Baca Juga: Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Adapun pembaruan PSIAP bakal diimplementasikan secara penuh mulai 1 Januari 2024. "Dengan reformasi segala bentuk penyimpangan akan lebih mudah terdeteksi. Ada banyak mekanisme untuk mengungkap penyimpangan," ujar Dwi.

Sementara itu, mantan Dirjen Pajak Machfud Sidik menyebut perjalanan reformasi pajak di Indonesia sudah dimulai sejak 1983. Saat ini, lanjutnya, reformasi pajak diarahkan untuk memanfaatkan berbagai perkembangan teknologi digital.

Dia menilai sistem dan regulasi pajak harus mampu merespons kondisi perekonomian yang dinamis. Oleh karena itu, reformasi perlu terus berlanjut dengan memperhatikan praktik-praktik administrasi dan kebijakan terbaik (best practices) di dunia.

Baca Juga: Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

"Sektor perpajakan sangat dinamis. Kita kalau tidak bisa bersaing, akan kalah dengan Vietnam dan sebagainya. Dengan tantangan yang tidak mudah, kita perlu dorong [reformasi berjalan] terus," tuturnya.

Ketua Umum Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Ruston Tambunan memandang Indonesia termasuk negara yang melaksanakan reformasi sejak dini. Menurutnya, dampak dari reformasi sejauh ini paling terasa dari sisi regulasi dan sistem administrasi pajak.

Reformasi dinilai telah mengurangi persinggungan antara petugas dan wajib pajak. Namun, hal lain yang tidak kalah penting ialah mengurangi biaya kepatuhan pajak.

Baca Juga: Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

"Saya melihat DJP sangat advance karena semua serba E (elektronik). Ini reformasi yang membuat cost of compliance dari wajib pajak makin kecil dan cost of collection dari pemerintah makin kecil," ujarnya. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : reformasi pajak, DJP, digitalisasi, coretax system, korupsi, integritas, fiskus, pajak, nasional

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Jum'at, 05 Juli 2024 | 10:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Berbeda dengan Cabang, NITKU Pusat Memiliki Akhiran 000000

Jum'at, 05 Juli 2024 | 10:00 WIB
KINERJA FISKAL

Proses Restitusi Dioptimalkan, Begini Realisasinya Hingga Mei 2024

Jum'at, 05 Juli 2024 | 09:30 WIB
KOTA SURABAYA

Cuma Juli Ini! Pemkot Beri Diskon Pokok BPHTB Hingga 40 Persen

Jum'at, 05 Juli 2024 | 08:00 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

Wajib Pajak Pusat Perlu Mutakhirkan Data agar Cabang Dapat NITKU

berita pilihan

Jum'at, 05 Juli 2024 | 20:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
IBU KOTA NUSANTARA (IKN)

Jokowi: IKN Jadi Sumber Ekonomi Baru, Serap Hasil Tani Daerah Lain

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:09 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa PPh Pasal 26 atas Jasa Luar Negeri

Jum'at, 05 Juli 2024 | 17:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Dukung Kelancaran Ibadah Haji 2024, DJBC dan Saudi Customs Kerja Sama