Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Notaris yang Tidak Minta Bukti Lunas BPHTB Didenda Rp10 Juta

A+
A-
51
A+
A-
51
Notaris yang Tidak Minta Bukti Lunas BPHTB Didenda Rp10 Juta

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah memutuskan menaikkan tarif sanksi administrasi denda atas pejabat pembuat akta tanah (PPAT) atau notaris yang tidak melaksanakan kewajibannya terkait dengan bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan (BPHTB).

Dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah (PP) 35/2023, PPAT atau notaris memiliki kewajiban untuk meminta bukti pembayaran BPHTB kepada wajib pajak sebelum menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Bila kewajiban ini tidak dilakukan, PPAT atau notaris bakal dijatuhi denda senilai Rp10 juta. "Denda sebesar Rp10 juta untuk setiap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a," bunyi Pasal 60 ayat (2) huruf a PP 35/2023, dikutip pada Rabu (21/6/2023).

Baca Juga: Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Dalam ketentuan sebelumnya, yaitu UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), PPAT atau notaris yang tidak meminta bukti pembayaran BPHTB sebelum menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenai denda Rp7,5 juta.

Selanjutnya, PPAT atau notaris juga memiliki kewajiban untuk melaporkan pembuatan perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) dan pembuatan akta atas tanah dan/atau bangunan kepada pemda paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Bila kewajiban ini tidak dilaksanakan, PPAT atau notaris bakal dijatuhi sanksi berupa denda senilai Rp1 juta untuk setiap laporan sebagaimana diatur dalam PP 35/2023.

Baca Juga: Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Dalam UU PDRD, PPAT atau notaris yang tidak melaporkan pembuatan akta paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya hanya dikenai sanksi berupa denda senilai Rp250.000 untuk setiap laporan.

Objek BPHTB

BPHTB merupakan salah satu jenis pajak yang bersifat self-assessment dan menjadi kewenangan kabupaten/kota. Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan yang timbul akibat jual beli, tukar menukar, hibah, wasiat, waris, lelang, hadiah, dan lain-lain.

Hak atas tanah yang dimaksud antara lain hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak pengelolaan.

Baca Juga: Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Dalam konteks jual beli, BPHTB terutang pada tanggal dibuat dan ditandatanganinya PPJB. Bila transaksi jual beli tanah dan/atau bangunan tidak menggunakan PPJB, saat terutang BPHTB adalah saat ditandatanganinya akta jual beli (AJB).

Sementara itu, wajib pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. Dengan demikian, BPHTB harus dibayar oleh pembeli tanah dan/atau bangunan.

Tarif BPHTB ditetapkan oleh kabupaten/kota maksimal sebesar 5%. Sementara itu, dasar pengenaan BPHTB merupakan nilai perolehan objek pajak yakni nilai transaksi, nilai pasar, atau harga transaksi dalam risalah lelang.

Baca Juga: Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

Bila nilai perolehan lebih rendah dari nilai jual objek pajak (NJOP) maka dasar pengenaan BPHTB yang digunakan adalah NJOP.

Sebelum ketentuan terbaru terkait BPHTB sebagaimana termuat dalam UU HKPD dan PP 35/2023 diberlakukan, pemkab/pemkot perlu terlebih dahulu melakukan penyesuaian terhadap perda di daerahnya masing-masing.

Perda pajak daerah dan retribusi daerah harus disesuaikan dengan UU HKPD dan PP 35/2023 paling lambat pada 5 Januari 2024.

Baca Juga: Sengketa PPh Pasal 26 atas Jasa Luar Negeri

Bila jangka waktu tersebut tidak terpenuhi, ketentuan mengenai pajak dan retribusi di daerah tersebut harus mengikuti ketentuan pada UU HKPD serta PP 35/2023.

"PP ini [PP 35/2023] menjadi dasar dan pedoman bagi pemda dalam menerbitkan perda, perkada, dan/atau peraturan pelaksanaan lainnya dalam rangka pemungutan pajak dan retribusi, termasuk sistem dan prosedur pemungutan, dengan tetap mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan tiap daerah," bunyi bagian penjelas PP 35/2023. (rig)

Baca Juga: Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : PP 35/2023, BPHTB, notaris, pembuat akta, pelaporan pembuatan akta, UU HKPD, pajak daerah, pajak, nasional

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Jum'at, 05 Juli 2024 | 10:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Berbeda dengan Cabang, NITKU Pusat Memiliki Akhiran 000000

Jum'at, 05 Juli 2024 | 10:00 WIB
KINERJA FISKAL

Proses Restitusi Dioptimalkan, Begini Realisasinya Hingga Mei 2024

Jum'at, 05 Juli 2024 | 09:30 WIB
KOTA SURABAYA

Cuma Juli Ini! Pemkot Beri Diskon Pokok BPHTB Hingga 40 Persen

Jum'at, 05 Juli 2024 | 08:00 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

Wajib Pajak Pusat Perlu Mutakhirkan Data agar Cabang Dapat NITKU

berita pilihan

Jum'at, 05 Juli 2024 | 20:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
IBU KOTA NUSANTARA (IKN)

Jokowi: IKN Jadi Sumber Ekonomi Baru, Serap Hasil Tani Daerah Lain

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:09 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa PPh Pasal 26 atas Jasa Luar Negeri

Jum'at, 05 Juli 2024 | 17:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Dukung Kelancaran Ibadah Haji 2024, DJBC dan Saudi Customs Kerja Sama