Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Literasi
Selasa, 02 Juli 2024 | 15:00 WIB
PANDUAN PAJAK PEMULA
Senin, 01 Juli 2024 | 18:12 WIB
KAMUS PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 20:00 WIB
KAMUS AKUNTANSI DAN PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 19:30 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
Data & Alat
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Rabu, 19 Juni 2024 | 10:03 WIB
KURS PAJAK 19 JUNI 2024 - 25 JUNI 2024
Fokus
Reportase

Apa Itu Kawasan Berikat Mandiri?

A+
A-
5
A+
A-
5
Apa Itu Kawasan Berikat Mandiri?

PEMERINTAH memberikan beragam jenis fasilitas perpajakan di tempat penimbunan berikat (TPB). Beragam fasilitas itu diberikan untuk meningkatkan investasi, mendorong ekspor, serta meningkatkan daya saing perdagangan Indonesia di kancah internasional.

TPB merupakan bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.

Selain penangguhan bea masuk, TPB juga menawarkan beragam fasilitas pajak lain seperti tidak dipungut PPN, PPnBM, dan PPh pasal 22. Secara lebih terperinci, berdasarkan Pasal 2 ayat (1) PP 85/2015, terdapat 7 bentuk TPB salah satunya kawasan berikat. Simak! 7 Jenis TPB yang Beri Fasilitas Penangguhan Bea Masuk.

Baca Juga: Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), Begini Ketentuannya

Kawasan berikat adalah TPB untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan sebelum diekspor atau diimpor untuk dipakai.

Terkait dengan kawasan berikat, Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) juga mengatur penetapan kawasan berikat mandiri. Penetapan kawasan berikat mandiri ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pengguna jasa dan menjaga kelancaran arus barang.

Penetapan kawasan berikat mandiri tersebut juga merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap kawasan berikat yang telah memanfaatkan fasilitas secara konsisten dan optimal. Lantas, apa itu kawasan berikat mandiri?

Baca Juga: Apa Beda NIK sebagai NPWP, NPWP 16 Digit, dan NITKU?

Kawasan berikat mandiri (KBM) merupakan bentuk kelanjutan dari kawasan berikat yang membuat pengusaha kawasan berikat (PKB) atau pengusaha di kawasan berikat (PDKB) dapat melakukan pelayanan mandiri atas kegiatan operasionalnya di kawasan berikut (Pasal 50 ayat (1) PMK 131/2018).

Penetapan kawasan berikat menjadi KBM dilakukan melalui penetapan kepala kantor pabean. Penetapan KBM dilakukan berdasarkan pada permohonan PKB atau PDKB. Selain itu, penetapan KBM juga bisa berdasarkan pada kewenangan kepala kantor pabean.

Berdasarkan Pasal 67 ayat (3) Perdirjen Bea dan Cukai No. PER-19/BC/2018, terdapat 3 persyaratan yang harus dipenuhi PKB atau PDKB sehingga penetapan kawasan berikat menjadi KBM dapat dilakukan.

Baca Juga: Harga CPO Menguat, Tarif Bea Keluarnya Naik Jadi US$33 per Ton

Pertama, PKB atau PDKB memiliki profil risiko layanan rendah. Kedua, memiliki hasil konfirmasi status wajib pajak sesuai aplikasi yang menunjukkan valid. Ketiga, memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu:

  1. memiliki sertifikat Authorized Economic Operator (AEO) dan/atau sertifikasi lain yang menunjukkan kinerja dan/atau manajemen perusahaan yang baik yang diterbitkan oleh badan atau lembaga yang berwenang;
  2. telah mendayagunakan teknologi informasi untuk pengelolaan pemasukan dan pengeluaran barang (IT inventory) dan dapat diintegrasikan dengan sistem komputer pelayanan (SKP);
  3. memiliki kegiatan dengan volume yang tinggi dan memerlukan layanan kepabeanan dan Cukai 24 jam 7 hari; dan/atau
  4. pertimbangan lain oleh Kepala Kantor Pabean berdasarkan manajemen risiko.

Keunggulan KBM dibandingkan dengan kawasan berikat biasa terletak pada pelayanan mandiri atas kegiatan operasionalnya. Berdasarkan PMK 131/2018 dan PER-19/BC/2018, pelayanan mandiri atas kegiatan operasional pada KBM, meliputi:

  1. pengadministrasian dan pelekatan tanda pengaman;
  2. pengadministrasian dan pelepasan tanda pengaman;
  3. pelayanan pemasukan barang;
  4. pelayanan pembongkaran barang;
  5. pelayanan penimbunan barang;
  6. pelayanan pemuatan barang;
  7. pelayanan pengeluaran barang; dan/atau
  8. pelayanan lainnya

Pelayanan mandiri membuat PKB dan/atau PDKB di antaranya dapat melakukan pemasukan dan pengeluaran barang secara mandiri. Alhasil, proses pemasukan dan pengeluaran barang tidak memerlukan pengawasan dan pelayanan dari petugas DJBC dalam bentuk kehadiran fisik.

Baca Juga: Ada Banyak Fasilitas di IKN, Begini Strategi Pengawasan Pemanfaatannya

Sebagai penghubung antara 2 instansi, yaitu perusahaan KBM dan DJBC, perusahaan juga perlu menunjuk pegawai yang diangkat sebagai Liaison Officer (LO).

LO selaku perwakilan perusahaan berperan menggantikan sebagian tugas dan fungsi pelayanan serta pengawasan yang semula dilakukan oleh Petugas Hanggar Bea dan Cukai (Purba dan Arfin, 2021).

Kendati demikian, pengawasan DJBC tetap berjalan melalui laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan mandiri. PKB atau PDKB diwajibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan mandiri tersebut melalui SKP. (rig)

Baca Juga: Harga CPO Turun Berefek ke Penerimaan Bea Keluar, Ini Penjelasan DJBC

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : kamus kepabeanan, kamus, kepabeanan, kawasan berikat, KBM, kawasan berikat mandiri

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Minggu, 23 Juni 2024 | 18:00 WIB
KEP-103/BC/2024

DJBC Bolehkan Jamaah Haji Sampaikan Pemberitahuan Pabean secara Lisan

Jum'at, 21 Juni 2024 | 20:50 WIB
KAMUS AKUNTANSI DAN PAJAK

Apa Itu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Privat (SAK EP)?

Kamis, 20 Juni 2024 | 09:30 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Bea Cukai Ungkap Manfaat AEO ke Ekonomi, Amankan Rantai Pasok Global

berita pilihan

Rabu, 03 Juli 2024 | 13:30 WIB
KABUPATEN BLORA

Pemkab Siapkan Hadiah untuk Pengusaha dan Konsumen yang Patuh Pajak

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Kemenperin Beri Usulan Terkait Insentif Perpajakan Industri Farmasi

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

e-Faktur Masih Pakai Format NPWP 15 Digit, Begini Penjelasan DJP

Rabu, 03 Juli 2024 | 09:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Strategi Turunkan Harga Obat dan Alkes, Insentif Perpajakan Disiapkan

Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Masih Lesu Terhadap Mayoritas Negara Mitra

Rabu, 03 Juli 2024 | 08:30 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

Kejar Target Penerimaan Pajak, Kemenkeu Optimalisasi Proses Restitusi

Selasa, 02 Juli 2024 | 19:54 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Coretax DJP, TAM Disebut Punya 4 Manfaat Ini bagi Wajib Pajak

Selasa, 02 Juli 2024 | 19:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

PKP Lupa Passphrase Sertifikat Elektronik e-Faktur, Ini Solusinya

Selasa, 02 Juli 2024 | 18:30 WIB
PROVINSI DKI JAKARTA

Semester I/2024, Pemprov DKI Jakarta Kumpulkan Pajak Rp16,8 Triliun