Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Capres-Cawapres Perlu Punya Strategi Peningkatan Kepatuhan Sukarela

A+
A-
2
A+
A-
2
Capres-Cawapres Perlu Punya Strategi Peningkatan Kepatuhan Sukarela

Laporan Hasil Survei Pajak dan Politik

JAKARTA, DDTCNews - Pemimpin yang terpilih pada pemilu 2024 tampaknya masih harus mengemban pekerjaan rumah untuk menaikkan kinerja tax ratio atau rasio pajak. Bagaimana tidak, tax ratio Indonesia masih bertengger di level 10,4% pada 2022.

Capaian tax ratio RI tersebut masih di bawah angka ideal menurut Ditjen Pajak (DJP), yakni 12%. Tax ratio juga menjadi tolok ukur kemampuan sebuah negara dalam mendanai kegiatan pembangunannya secara mandiri.

Memaski periode kontestasi politik melalui pemilu, topik tentang kinerja tax ratio ikut diungkit oleh para kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Hal ini bisa disimak secara mendetail melalui dokumen visi dan misi dari masing-masing kandidat.

Baca Juga: Detail Teknis Program MBG Bakal Difinalkan seusai APBN 2025 Disusun

Masuknya target peningkatan tax ratio dalam agenda kampanye pasangan capres-cawapres bukanlah tanpa alasan. Selama ini kinerja tax ratio juga menjadi parameter keberhasilan setiap periode pemerintahan dalam mengelola keuangan negara.

Demi mendongkrak tax ratio, para kandidat capres-cawapres perlu menyiapkan jurusnya masing-masing. Namun, satu hal yang tidak bisa lepas dari upaya peningkatan tax ratio, yakni kepatuhan pajak. Salah satu modal utama peningkatan tax ratio adalah perbaikan kepatuhan sukarela (DJP, 2023).

Sejalan dengan konsep tersebut, Laporan Hasil Survei Pajak dan Politik DDTCNews: Saatnya Parpol & Capres Bicara Pajak mengungkapkan fakta statistik yang menarik. Hasil survei yang digelar selama sebulan penuh, sejak 4 September 2023 hingga 4 Oktober 2023 ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (91%) memandang setiap kandidat capres perlu menyiapkan rencana peningkatan kepatuhan sukarela ('Sangat Perlu' dan 'Perlu').

Baca Juga: Prabowo Ingin Tingkatkan Tax Ratio, Sri Mulyani Siapkan Rekomendasi

Strategi atau rancangan peningkatan kepatuhan sukarela ini bisa dielaborasi melalui beragam program kerja, seperti edukasi pajak, pelayanan pajak yang lebih baik, administrasi pajak yang lebih mudah, dan bentuk perbaikan lainnya.

Jika dibedah berdasarkan rentang usia responden, masing-masing kelompok umur menunjukkan hasil yang serupa. Baik generasi Z (17-29 tahun), milenial (30-43 tahun), generasi X (44-59 tahun), dan baby boomers (di atas 59 tahun) mendorong agar setiap kandidat capres atau parpol untuk menyusun rencana peningkatan kepatuhan sukarela. Sebanyak lebih dari 50% responden memilih 'Sangat Perlu' bagi setiap peserta pemilu merancang strategi peningkatan kepatuhan sukarela.

Berdasarkan pengelompokan responden atas pemahamannya terhadap hak dan kewajiban perpajakan, sebanyak 93,7% responden yang 'melek pajak' juga menilai penting ('Perlu' dan 'Sangat Perlu') setiap kandidat capres atau parpol untuk menyusun strategi peningkatan kepatuhan sukarela.

Baca Juga: Dana Rp71 Triliun Disiapkan untuk Program Makan Siang Gratis pada 2025

Di samping kepatuhan sukarela yang perlu ditingkatkan, ada beberapa strategi lain yang bisa disiapkan oleh kandidat capres-cawapres dalam meningkatkan tax ratio. Di antaranya, opsi kenaikan tarif pajak, perluasan objek pajak/cukai/bea baru, pengurangan insentif pajak, hingga pengetatan penegakan hukum.

Terkait dengan opsi-opsi tersebut, sebanyak sebanyak 49% responden memandang 'Perlu' dan 'Sangat Perlu' bagi capres-cawapres untuk memiliki rencana kenaikan tarif pajak untuk meningkatkan tax ratio.

Kemudian, sebanyak 64,7% responden memandang 'Perlu' dan 'Sangat Perlu' bagi capres-cawapres untuk memperluas objek pajak/cukai/bea baru. Selanjutnya, 65,1% responden juga menilai 'Perlu' dan 'Sangat Perlu' bagi capres-cawapres untuk memiliki rencana pengurangan insentif pajak.

Baca Juga: DPR: Defisit APBN Transisi Perlu Ditekan Serendah Mungkin

Terkait dengan penegakan hukum, sebanyak 84,7% responden memandang 'Perlu' dan 'Sangat Perlu' bagi capres-cawapres untuk memiliki rencana pengetatan upaya pemeriksaan dan penegakan hukum pajak.

Fakta angka di atas perlu menjadi catatan bagi setiap parpol atau kandidat capres-cawapres yang bertarung dalam pemilu 2024. Pasalnya, keberadaan agenda atau kebijakan pajak yang ditawarkan setiap parpol atau kandidat capres-cawapres berpengaruh terhadap pilihan politik mereka.

Laporan Hasil Survei Pajak dan Politik DDTCNews juga mengungkap bahwa sebanyak 90,2% responden menilai agenda pajak punya pengaruh besar ('Penting' dan 'Sangat Penting') terhadap pilihan politik mereka.

Baca Juga: Komisi XI DPR Minta Pemerintah Bikin Roadmap soal Target Tax Ratio

Artikel ini merupakan bagian dari rangkaian penerbitan Laporan Survei Pajak dan Politik DDTCNews: Saatnya Parpol & Capres Bicara Pajak. Untuk mendapatkan naskah laporan secara lengkap, silakan unduh di https://bit.ly/HasilSurveiPakpolDDTCNews2023. (sap)

Baca artikel-artikel menarik terkait dengan pajak dan politik di laman khusus Pakpol DDTCNews: Suaramu, Pajakmu.

Baca Juga: Beri Ruang Bagi Prabowo, Banggar: RAPBN 2025 Hanya Berisi Baseline

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : Survei Pajak dan Politik, Pajak dan Politik, Pakpol, pemilu 2024, pilpres, kepatuhan sukarela, kampanye

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Senin, 20 Mei 2024 | 14:35 WIB
WORLD WATER FORUM 2024

Jokowi Mulai Mengenalkan Prabowo Subianto di Forum Internasional

Senin, 20 Mei 2024 | 12:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Soal PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan ke Pemerintah Baru

Rabu, 15 Mei 2024 | 10:30 WIB
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DPR: Pemerintah yang Baru Perlu Diberi Keleluasaan Susun APBN 2025

Selasa, 14 Mei 2024 | 14:30 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Makan Siang Gratis Masih Dikaji, Disesuaikan dengan Bujet yang Ada

berita pilihan

Jum'at, 05 Juli 2024 | 20:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
IBU KOTA NUSANTARA (IKN)

Jokowi: IKN Jadi Sumber Ekonomi Baru, Serap Hasil Tani Daerah Lain

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:09 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa PPh Pasal 26 atas Jasa Luar Negeri

Jum'at, 05 Juli 2024 | 17:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Dukung Kelancaran Ibadah Haji 2024, DJBC dan Saudi Customs Kerja Sama