Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Literasi
Selasa, 02 Juli 2024 | 15:00 WIB
PANDUAN PAJAK PEMULA
Senin, 01 Juli 2024 | 18:12 WIB
KAMUS PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 20:00 WIB
KAMUS AKUNTANSI DAN PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 19:30 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
Data & Alat
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Rabu, 19 Juni 2024 | 10:03 WIB
KURS PAJAK 19 JUNI 2024 - 25 JUNI 2024
Fokus
Reportase

PPS Bakal Perluas Basis Investor SBN Domestik, Ini Kata Kemenkeu

A+
A-
1
A+
A-
1
PPS Bakal Perluas Basis Investor SBN Domestik, Ini Kata Kemenkeu

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai program pengungkapan sukarela (PPS) yang diselenggarakan selama semester I/2022 akan berdampak pada perluasan basis investor domestik pada Surat Berharga Negara (SBN).

Kemenkeu menjelaskan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) mengatur tarif PPh final untuk harta bersih yang diungkapkan diinvestasikan ke dalam SBN. Melalui langkah tersebut, wajib pajak diharapkan makin tertarik menginvestasikan dana bersihnya pada SBN.

"Dari sisi SBN, hal ini juga berfungsi sebagai bentuk perluasan basis investor domestik," sebut Kemenkeu dalam laporan APBN Kita edisi Maret 2022, Minggu (3/4/2022).

Baca Juga: Terkait e-Bupot 21/26, DJP Kirim Email Blast ke Beberapa Wajib Pajak

PMK No. 196/2021 mengatur aset yang diungkapkan wajib pajak dapat diinvestasikan pada SBN atau kegiatan usaha sektor pengolahan SDA atau energi terbarukan. Investasi harta bersih dapat dilakukan bertahap. Namun, investasi harus dilakukan secara penuh paling lambat 30 September 2023.

Investasi dilakukan dalam jangka waktu paling singkat 5 tahun sejak investasi ditempatkan, tetapi dapat dipindah ke dalam bentuk lain setelah 2 tahun. Selain itu, tetap dimungkinkan perpindahan antarinvestasi maksimal 2 kali dengan hanya 1 kali perpindahan dalam 1 tahun.

Mengenai mekanisme investasi harta peserta PPS ke dalam SBN, wajib pajak dapat membeli SBN seri khusus di pasar perdana dengan transaksi private placement. Transaksi dilakukan berdasarkan harga pasar/market yield dan dilakukan melalui dealer utama secara periodik.

Baca Juga: Godok Aturan Teknis, Pemprov Bakal Pungut Pajak Alat Berat Mulai 2025

Instrumen SBN yang menjadi alat investasi adalah SBN seri khusus yang dapat diperdagangkan, baik konvensional (SUN) maupun syariah (SBSN) dengan kupon tetap.

Hingga saat ini, pemerintah sudah dua kali melakukan transaksi private placement dalam rangka PPS, yaitu SUN-rupiah seri FR0094 tenor 6 tahun dan SUN-USD seri FR000 tenor 10 tahun pada 25 Februari 2022, serta SBSN seri PBS035 tenor 20 tahun pada 25 Maret 2022.

Menurut Kemenkeu, hasil penerbitan SBN tersebut akan digunakan sebagai general financing dalam pembiayaan APBN. Hal itu juga menandakan PPS tidak hanya meningkatkan potensi pajak, tetapi juga berdampak positif pada perluasan basis investor domestik.

Baca Juga: DPR Setujui Pemberian PMN kepada BUMN senilai Rp28,28 Triliun

"Melalui adanya PPS, dapat dikatakan bahwa sekali dayung dua tiga pulau telah terlampaui," bunyi laporan tersebut.

UU HPP menjadi dasar penyelenggaraan PPS pada 1 Januari hingga 30 Juni 2022. PPS dapat diikuti wajib pajak orang pribadi dan badan peserta tax amnesty dengan basis aset per 31 Desember 2015 yang belum diungkapkan.

Selain itu, program tersebut juga dapat diikuti wajib pajak orang pribadi yang belum mengikuti tax amnesty dengan basis aset perolehan 2016-2020 yang belum dilaporkan dalam SPT tahunan 2020. (rig)

Baca Juga: Evaluasi PDN, Jokowi: Back Up Semua Data Biar Tidak Terkaget-kaget

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : investasi, kemenkeu, laporan apbn kita, PPS, investor, SBN, tax amnesty, pajak, nasional

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Selasa, 02 Juli 2024 | 16:30 WIB
PER-6/PJ/2024

Tak Hanya Cabang, Wajib Pajak Pusat Juga Bakal Dapat NITKU

Selasa, 02 Juli 2024 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN ENERGI

RI Targetkan 15 Proyek Carbon Capture and Storage Beroperasi di 2030

Selasa, 02 Juli 2024 | 15:45 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Layanan Publik Terganggu Ransomware, Menko Hadi: Bulan Ini Pulih

Selasa, 02 Juli 2024 | 15:00 WIB
PANDUAN PAJAK PEMULA

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak yang Perlu Diketahui Pemula

berita pilihan

Rabu, 03 Juli 2024 | 14:41 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Terkait e-Bupot 21/26, DJP Kirim Email Blast ke Beberapa Wajib Pajak

Rabu, 03 Juli 2024 | 14:30 WIB
PROVINSI BENGKULU

Godok Aturan Teknis, Pemprov Bakal Pungut Pajak Alat Berat Mulai 2025

Rabu, 03 Juli 2024 | 14:00 WIB
APBN 2024

DPR Setujui Pemberian PMN kepada BUMN senilai Rp28,28 Triliun

Rabu, 03 Juli 2024 | 13:47 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Evaluasi PDN, Jokowi: Back Up Semua Data Biar Tidak Terkaget-kaget

Rabu, 03 Juli 2024 | 13:30 WIB
KABUPATEN BLORA

Pemkab Siapkan Hadiah untuk Pengusaha dan Konsumen yang Patuh Pajak

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Kemenperin Beri Usulan Terkait Insentif Perpajakan Industri Farmasi

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

e-Faktur Masih Pakai Format NPWP 15 Digit, Begini Penjelasan DJP

Rabu, 03 Juli 2024 | 09:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Strategi Turunkan Harga Obat dan Alkes, Insentif Perpajakan Disiapkan

Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Masih Lesu Terhadap Mayoritas Negara Mitra