Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Data & Alat
Kamis, 04 Juli 2024 | 14:30 WIB
STATISTIK KEBIJAKAN FISKAL
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Fokus
Reportase

Meninjau Implementasi Kepatuhan Kooperatif di Negara Berkembang

A+
A-
3
A+
A-
3
Meninjau Implementasi Kepatuhan Kooperatif di Negara Berkembang

SERING berubahnya aturan serta kompleksnya administrasi perpajakan dapat menimbulkan ketidakpastian bagi wajib pajak. Hal tersebut akan berdampak pada tingkat kepatuhan pajak.

Menanggapi permasalahan tersebut, reformasi administrasi perpajakan menjadi salah satu jalan keluar untuk memberikan kepastian. Reformasi administrasi perpajakan salah satunya dapat dilakukan melalui pengembangan sistem kepatuhan kooperatif (cooperative compliance).

Perkembangan terkini dalam agenda perpajakan internasional menunjukkan kebutuhan untuk membangun kembali program kepatuhan kooperatif menjadi lebih besar dari sebelumnya.

Baca Juga: WP Tak Patuh Pajak, Ratusan Ribu SIM Card di Negara Ini Diblokir

Pengembangan program kepatuhan kooperatif tersebut penting untuk segera dilaksanakan, terutama pascaterjadinya krisis perekonomian akibat pandemi Covid-19. Baik negara maju maupun berkembang tentu mengupayakan berbagai cara untuk pulih dan keluar dari pusaran krisis perekonomian yang terjadi.

Pembahasan mengenai kepatuhan kooperatif tersebut diuraikan secara komprehensif dalam buku yang berjudul An Analysis of Cooperative Compliance Programmes. Tesis yang disusun Alicja Majdanska pada 2018 di University of Economics and Business di Vienna diterbitkan menjadi buku ini pada 2021.

Dalam buku tersebut, penulis menyatakan untuk menghindari dan menghentikan penggelapan pajak, konsep kepatuhan kooperatif sangat disarankan sebagai solusi. Konsep itu akan meningkatkan kepatuhan pajak dan efektivitas serta efisiensi administrasi pajak.

Baca Juga: Hayo, DJP Ingatkan Lagi Tiga Kewajiban yang Perlu Dijalankan WP PKP

Secara garis besar, buku yang diterbitkan IBFD ini terdiri atas empat bagian utama. Pada bagian awal, penulis memaparkan analisis singkat tentang sejarah administrasi perpajakan, perkembangan ekonomi dan sosial, peraturan perpajakan pada abad 20 dan awal abad 21.

Kemudian, pada bagian kedua mulai diberikan penjelasan konsep dasar kepatuhan kooperatif. Penjelasan bagian ini turut didukung studi komparatif atas implementasi kepatuhan kooperatif di tiga negara, yakni Belanda, Italia, dan Inggris.

Pada bagian ketiga, penulis memaparkan pengembangan program kepatuhan kooperatif dalam kerangka hukum dan kelembagaan. Pada bagian ini, penulis menyatakan konsep kepatuhan kooperatif harus sejalan dengan prinsip-prinsip hukum fundamental, yakni asas legalitas, kesetaraan, dan kepastian.

Baca Juga: Mahasiswa dan Belum Bekerja, Perlukah Ikut Pemadanan NIK-NPWP?

Adapun pada bagian terakhir, menariknya, Majdanska menguraikan manfaat implementasi program kepatuhan kooperatif bagi negara berkembang.

Kepatuhan kooperatif ini dapat membantu mengatasi kebutuhan akan administrasi perpajakan yang lebih efektif dan efisien, mengatasi penghindaran pajak yang agresif, dan memberikan insentif pada investasi. Selain itu, negara-negara berkembang juga dapat meningkatkan penerimaan pajak serta legalitas dan kepercayaan pada sistem perpajakan.

Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah negara berkembang yang bermaksud menerapkan kebijakan kepatuhan kooperatif. Pertama, agar pelaksanaan program kepatuhan kooperatif sukses, pemerintah di suatu negara perlu memiliki dukungan dan komitmen politik penuh. Dukungan dan komitmen politik dapat diwujudkan melalui komunikasi dengan para pihak yang berkepentingan.

Baca Juga: Pedagang Beras Didatangi Petugas Pajak, Omzetnya Rp20 Juta Per Hari

Kedua, implementasi program kepatuhan kooperatif di negara-negara berkembang harus mengacu pada prinsip-prinsip hukum.

Ketiga, rancangan program kepatuhan kooperatif harus didahului dengan tinjauan terhadap kerangka hukum dan kelembagaan untuk memastikan bahwa program ini akan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di suatu negara.

Keempat, staf atau pegawai pajak yang terlibat aktif dalam penerapan kepatuhan kooperatif perlu diberikan pelatihan dan pemahaman atas kewajibannya.

Baca Juga: Hingga Akhir 2024, NPWP 16 Digit dan NPWP 15 Digit Jalan Bersamaan

Kelima, penerapan program kepatuhan kooperatif dapat dilakukan pengujian terlebih dahulu dengan melaksanaan pilot program sebagai sarana percobaan. Program tersebut dapat membantu verifikasi berbagai elemen desain kepatuhan kooperatif guna meningkatkan efektivitasnya.

Program tersebut juga meningkatkan kepercayaan wajib pajak untuk terlibat. Penulis menyarankan sebaiknya wajib pajak yang dilibatkan dalam pilot program kepatuhan kooperatif ialah para wajib pajak besar terlebih dahulu.

Buku setebal 510 halaman ini juga menawarkan proposal kebijakan kepatuhan kooperatif yang dapat menjadi acuan bagi negara-negara maju dan berkembang. Adapun buku ini menawarkan panduan yang berguna bagi pembuat undang-undang dan administrasi perpajakan yang berencana untuk mengimplementasikan program kepatuhan kooperatif.

Baca Juga: Konsumen Minta Faktur Pajak dengan NPWP 16 Digit, Apakah Bisa?

Tertarik membaca buku ini? Silakan baca langsung di DDTC Library. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : buku, buku pajak, kepatuhan pajak, kepatuhan kooperatif, kebijakan pajak, DDTC Library

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Selasa, 25 Juni 2024 | 16:45 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

World Bank Perkirakan Tax Gap Indonesia Capai 6%, Ini Faktor-Faktornya

Sabtu, 22 Juni 2024 | 16:45 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Masih Ada Waktu! Begini Cara Ketahui NIK-NPWP Sudah Padan atau Belum

Sabtu, 22 Juni 2024 | 16:17 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Istri yang NPWP-nya Gabung dengan Suami, Perlu Padankan NIK-nya?

Sabtu, 22 Juni 2024 | 11:00 WIB
INFOGRAFIS PAJAK

Ada Kampanye Bayar Pajak di Era Presiden Soekarno, Apa Pesannya?

berita pilihan

Jum'at, 05 Juli 2024 | 20:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat Siapkan Rp4 Triliun bagi Pemda yang Atasi Isu-Isu Ini

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Keliru Cantumkan NPWP, Solusinya Bukan Bikin Faktur Pajak Pengganti

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
IBU KOTA NUSANTARA (IKN)

Jokowi: IKN Jadi Sumber Ekonomi Baru, Serap Hasil Tani Daerah Lain

Jum'at, 05 Juli 2024 | 19:00 WIB
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Ada Potensi Besar, DPR Minta Pemerintah Perbaiki Pengelolaan PNBP

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Ingin Batalkan Faktur Pajak Tapi Beda Tahun, Apakah Bisa?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 18:09 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa PPh Pasal 26 atas Jasa Luar Negeri

Jum'at, 05 Juli 2024 | 17:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Pegawai Pindah Cabang, Hitungan PPh 21-nya Disamakan dengan Resign?

Jum'at, 05 Juli 2024 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN KEPABEANAN

Dukung Kelancaran Ibadah Haji 2024, DJBC dan Saudi Customs Kerja Sama