Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Literasi
Selasa, 02 Juli 2024 | 15:00 WIB
PANDUAN PAJAK PEMULA
Senin, 01 Juli 2024 | 18:12 WIB
KAMUS PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 20:00 WIB
KAMUS AKUNTANSI DAN PAJAK
Jum'at, 28 Juni 2024 | 19:30 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
Data & Alat
Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024
Senin, 01 Juli 2024 | 09:36 WIB
KMK 10/KM.10/2024
Rabu, 26 Juni 2024 | 08:45 WIB
KURS PAJAK 26 JUNI 2024 - 02 JULI 2024
Rabu, 19 Juni 2024 | 10:03 WIB
KURS PAJAK 19 JUNI 2024 - 25 JUNI 2024
Fokus
Reportase

Risiko Curah Hujan Tinggi, Produksi Pangan Bisa Jadi Komoditas Politik

A+
A-
0
A+
A-
0
Risiko Curah Hujan Tinggi, Produksi Pangan Bisa Jadi Komoditas Politik

Kondisi lahan persawahan yang mengalami kekeringan di Cibadak, Lebak, Banten, Rabu (20/12/2023). Dinas Pertanian Kabupaten Lebak mencatat jumlah lahan sawah yang terdampak kekeringan mencapai 20 hektare sehingga terancam gagal panen. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/aww.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mewaspadai penurunan produksi pangan pada tahun depan akibat curah hujan yang tinggi. Apalagi, penurunan produksi pangan berpeluang dijadikan sebagai komoditas politik.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan risiko yang mengadang produksi pangan tak cuma mengancam Indonesia, tetapi juga banyak negara lain di dunia. Khusus di Indonesia, produksi pangan berpotensi terganggu akibat puncak musim hujan pada akhir Januari hingga Februari 2024.

"Menghadapi 2024 ini perlu ada tata kelola pangan dalam negeri. Meski ada impor 3 juta ton beras dari India dan Thailand, perlu ada persiapan agar tidak gagal tanam dan panen," kata Moeldoko dikutip pada Sabtu (30/12/2023).

Baca Juga: Jokowi: Stabilitas Politik Penting untuk Jaga Pertumbuhan Ekonomi

Di sisi lain, Moeldoko menambahkan, kondisi politik nasional bisa juga berimbas pada persoalan pangan, atau sebaliknya. Pada tahun politik ujarnya, isu ketahanan pangan bisa bergeser ke ranah politik.

"Kita akan masuk tahun politik, kita pahami bahwa persoalan pangan itu bukan sekedar persoalan perut ini bisa digeser ke urusan politik," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan bahwa secara berkala BMKG akan terus mengupayakan prediksi serta monitoring melalui satelit suhu muka laut perbulannya. BMKG akan melakukan pengawasan berkala sebanyak 3 kali per 10 hari.

Baca Juga: Detail Teknis Program MBG Bakal Difinalkan seusai APBN 2025 Disusun

Terkait dengan El Nino, Dwikorita menyebutkan fenomena alam tersebut masih akan berlangsung tetapi dampaknya tidak sebesar pada Juli-Oktober 2023.

"Terdapat angin dari arah Asia yang membawa uap air, dan ini akan meminimalisir El Nino dan hanya berpengaruh pada lambatnya musim hujan, yang seharusnya di bulan Oktober tetapi di bulan November," kata Dwikorita.

Pada Maret 2024, tambah Dwikorita, sektor pertanian di Jawa akan terdampak oleh curah hujan bulanan yang masuk kategori tinggi. Selain persoalan panen dan hortikultura, ujar Dwikorita, perlu diwaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada 2024.

Baca Juga: Prabowo Ingin Tingkatkan Tax Ratio, Sri Mulyani Siapkan Rekomendasi

"Tetap terjadi kekeringan di bulan Juni-Juli sampai September, waspadai karhutla," jelasnya.

Menariknya, Dwikorita menyebutkan bahwa memang ada data empiris yang menunjukkan adanya kaitan erat antara fenomena El Nino dengan berbagai peristiwa politik di Tanah Air. Misalnya, Dekrit Presiden pada 1959, peristiwa G30S/PKI pada 1965, Malari pada 1974, petrus pada 1984, dan reformasi pada 1998.

"Perlu di waspadai kondisi cuaca dengan kondisi alam, terdapat data grafik yang menunjukkan kejadian El Nino yang mengakibatkan kekeringan itu ternyata korelatif dengan gangguan sosial politik," kata Dwikorita. (sap)

Baca Juga: Dana Rp71 Triliun Disiapkan untuk Program Makan Siang Gratis pada 2025

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : bahan pokok, produksi pangan, El Nino, kekeringan, pemilu 2024, politik

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Jum'at, 31 Mei 2024 | 14:05 WIB
PEMILU 2024

Bahas APBN Masa Transisi, Elit Gerindra Temui Sri Mulyani

Rabu, 29 Mei 2024 | 16:15 WIB
PERTUMBUHAN EKONOMI

Kadin Siapkan Whitepaper untuk Dukung Pelaksanaan Visi Misi Prabowo

Selasa, 28 Mei 2024 | 19:30 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Selepas Bertemu Jokowi, Sekjen OECD Langsung Temui Prabowo

Jum'at, 24 Mei 2024 | 11:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Sri Mulyani Sebut Pemerintah Baru akan Mewarisi APBN yang Kredibel

berita pilihan

Rabu, 03 Juli 2024 | 14:41 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Terkait e-Bupot 21/26, DJP Kirim Email Blast ke Beberapa Wajib Pajak

Rabu, 03 Juli 2024 | 14:30 WIB
PROVINSI BENGKULU

Godok Aturan Teknis, Pemprov Bakal Pungut Pajak Alat Berat Mulai 2025

Rabu, 03 Juli 2024 | 14:00 WIB
APBN 2024

DPR Setujui Pemberian PMN kepada BUMN senilai Rp28,28 Triliun

Rabu, 03 Juli 2024 | 13:47 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Evaluasi PDN, Jokowi: Back Up Semua Data Biar Tidak Terkaget-kaget

Rabu, 03 Juli 2024 | 13:30 WIB
KABUPATEN BLORA

Pemkab Siapkan Hadiah untuk Pengusaha dan Konsumen yang Patuh Pajak

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Kemenperin Beri Usulan Terkait Insentif Perpajakan Industri Farmasi

Rabu, 03 Juli 2024 | 10:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

e-Faktur Masih Pakai Format NPWP 15 Digit, Begini Penjelasan DJP

Rabu, 03 Juli 2024 | 09:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Strategi Turunkan Harga Obat dan Alkes, Insentif Perpajakan Disiapkan

Rabu, 03 Juli 2024 | 08:55 WIB
KURS PAJAK 03 JULI 2024 - 09 JULI 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Masih Lesu Terhadap Mayoritas Negara Mitra