Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Literasi
Jum'at, 30 Mei 2025 | 14:30 WIB
KELAS PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK (2)
Jum'at, 30 Mei 2025 | 13:31 WIB
LITERATUR PAJAK
Jum'at, 30 Mei 2025 | 09:45 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
Kamis, 29 Mei 2025 | 13:00 WIB
KELAS PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK (1)
Komunitas
Selasa, 27 Mei 2025 | 13:32 WIB
DDTC ACADEMY - EXCLUSIVE WEBINAR
Senin, 26 Mei 2025 | 09:27 WIB
DDTC ACADEMY – PRACTICAL COURSE
Kamis, 22 Mei 2025 | 17:43 WIB
DDTC ACADEMY - EXCLUSIVE SEMINAR
Kamis, 22 Mei 2025 | 10:30 WIB
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
Fokus
Reportase

‘Apa yang Diharapkan Jika Pegawai Pajak Hanya Nongkrong di Kantor?’

A+
A-
10
A+
A-
10
‘Apa yang Diharapkan Jika Pegawai Pajak Hanya Nongkrong di Kantor?’

Menteri Keuangan Ali Wardhana.

PEGAWAI pajak harus garang. Sebagai ujung tombak penggalian pendapatan negara, sejak awal 1960-an, pegawai Djawatan Padjak mengenakan seragam pakaian dinas harian (PDH) dalam menjalankan tugasnya. Seragam pegawai pajak kala itu lengkap dengan tanda kepangkatan di pundak, topi pet berlogo instansi, hingga vantovel hitam mengkilap.

Citra tegas sengaja dibangun melalui seragam untuk mengerek angka kepatuhan pajak yang masih rendah. Bagaimana tidak? Pada medio 1960-1970, dari total 120 juta penduduk Indonesia, baru tercatat 221.000 pembayar pajak pendapatan.

Saat itu, ketentuan batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) masih Rp4.000 per bulan atau Rp48.000 per tahun. Dengan ketentuan itu saja, pemerintah menaksir jumlah wajib pajak semestinya bisa menyentuh 500.000 hingga jutaan orang dan badan.

Lantas apakah garangnya aparatur pajak ampuh mengumpulkan modal pembangunan? Ternyata belum cukup.

Hingga 1970 awal, jumlah wajib pajak cenderung stagnan. Menteri Keuangan Ali Wardhana dalam buku Menteri Penagih Pajak di Awal Pemerintahan Presiden Soeharto menuliskan masalah utama dalam pemungutan pajak justru ada pada tubuh Ditjen Pajak (DJP) sendiri. Sejak Djawatan Padjak bertransformasi menjadi DJP pada 1964, gaya kerja pegawai pajak tidak banyak berubah.

"Nongkrong! Apa yang diharapkan bagi pemungutan pajak jika pegawainya hanya nongkrong di kantor mengerjakan tugas administrasi?" tulis Ali dalam bukunya.

Reformasi sumber daya manusia (SDM) secara besar-besaran mulai dilakukan pada 1970 di bawah kepemimpinan Dirjen Pajak Sutadi Sukarya. Pemerintahan orde baru saat itu mulai menyadari bahwa peran pajak sangat vital bagi pembangunan. Karenanya, upaya menumbuhkan kepatuhan pajak harus dimulai dari tubuh institusi terlebih dulu.

Dikutip dari buku Jejak Pajak Jilid 2, rapat kerja internal DJP yang digelar pada 1970 menghasilkan dokumen Panca Tertib, yakni budaya tertib bagi pegawai pajak yang terdiri dari tertib organisasi, tertib administrasi, tertib pegawai, tertib prasarana, dan tertib operasional.

Bersamaan dengan itu, ada satu kebijakan revolusioner yang diambil oleh pemerintah: pegawai pajak harus menanggalkan seragam dinas kepangkatannya. Sutadi Sukarya meminta pegawai pajak menjalankan tugas layaknya pegawai negeri sipil (PNS) biasa.

"Tidak bergagah-gagah apalagi bila seragam tersebut sampai membuat takut para wajib pajak," kata Sutadi.


Pegawai DJP berseragam dengan tanda kepangkatan sebelum 1970. Sumber: DJP.

Sutadi berpandangan, aparat pajak bukanlah aparat seperti pegawai imigrasi atau bea cukai yang bekerja di lapangan dan memerlukan atribut kedinasan yang gampang dikenali. Sebaliknya, pegawai pajak harus dekat dengan masyarakat sebagai penyumbang utama modal pembangunan negara.

"Wibawa pegawai pajak itu ditegakkan dengan ilmu, cara kerja, integritas, dan tidak perlu dengan sikap gagah," kata Sutadi.

Menteri Ali Wardhana juga memerintahkan DJP untuk memasifkan penyuluhan. Kantor pajak mulai gencar mengundang wajib pajak, baik orang pribadi dan badan, untuk diberikan edukasi mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan. Reformasi SDM yang dijalankan DJP juga seiring dengan kecenderungan perekonomian Indonesia yang terus meningkat. Menteri-menteri Soeharto punya mandat khusus untuk membuka relasi internasional agar modal asing mengalir masuk.

Setengah abad berlalu, saat ini reformasi otoritas pajak di bidang SDM masih terus berjalan. Yang terbaru, pemerintah tengah menyiapkan implementasi pembaruan sistem inti administrasi perpajakan atau coretax administration system. Rencananya, sistem baru ini bergulir pada tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan coretax system akan membawa perubahan positif pada sistem perpajakan Tanah Air. Coretax menawarkan perbaikan administrasi perpajakan, meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak, dan memberikan kepastian hukum.

"Kementerian Keuangan terus memperbaiki dan membangun coretax system. Diharapkan akan jadi motor perubahan dari sisi pelayanan dan kepastian aspek perpajakan," kata menkeu.

Zaman telah berubah. Jika dulu perbaikan-perbaikan layanan dilakukan dengan hal substantif seperti mengganti seragam pegawai, kini perubahannya lebih ke prosedural dan beririsan dengan sistem layanan itu sendiri. Caranya berbeda, tapi tujuannya sama.

Pesan yang disampaikan Sutadi Sukarya pada 5 dekade silam sepertinya masih relevan sampai saat ini. Pegawai pajak tidak perlu gagah-gagahan dalam memungut pajak. Terpenting, keandalan sistem dan layanan yang justru bisa meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.

Bertepatan dengan momen Hari Pajak, seyogianya napas reformasi pajak terus dilanjutkan. Penataan sana sini tidak berhenti, dengan tetap berlandaskan asas keadilan. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : kutipan, sejarah, tokoh, Hari Pajak, Ali Wardhana

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Rabu, 26 Februari 2025 | 06:00 WIB
ASSOCIATE PARTNER OF DDTC CONSULTING GANDA CHRISTIAN TOBING:

Demokrasi Buat Sistem Pajak Kompleks karena Tampung Banyak Kepentingan

Senin, 24 Februari 2025 | 07:30 WIB
PARTNER OF DDTC CONSULTING YUSUF WANGKO NGANTUNG:

Transfer Pricing, Aspek Normal dalam Operasi Perusahaan Multinasional

Kamis, 20 Februari 2025 | 07:25 WIB
TRANSFER PRICING DIRECTOR & SENIOR ADVISOR DDTC CONSULTING ROMI IRAWAN

‘WP Seyogianya Susun Dokumentasi Transfer Pricing Sejak Awal Tahun’

Senin, 17 Februari 2025 | 07:30 WIB
MANAGING PARTNER OF DDTC CONSULTING DAVID HAMZAH DAMIAN:

WP Bukan Tak Patuh, Mereka Kesulitan Tunjukkan Data Bahwa Mereka Patuh

berita pilihan

Jum'at, 30 Mei 2025 | 14:30 WIB
KELAS PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK (2)

Ketentuan Penerbitan SKPKB

Jum'at, 30 Mei 2025 | 14:00 WIB
NOTA DINAS No.ND-4/PJ/PJ.02/2025

DJP Terbitkan Nota Dinas soal Perlakuan PPh atas Pengelolaan Rusun

Jum'at, 30 Mei 2025 | 13:31 WIB
LITERATUR PAJAK

Muncul di Publikasi Global, Dua Profesional DDTC Ulas Sengketa Pajak

Jum'at, 30 Mei 2025 | 12:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

DJP Bakal Layangkan Surat Teguran dan Tagihan ke Wajib Pajak

Jum'at, 30 Mei 2025 | 11:30 WIB
KANWIL DJP JAKARTA

Setoran Penerimaan Pajak di Jakarta Turun 5 Persen, PPN Paling Anjlok

Jum'at, 30 Mei 2025 | 11:00 WIB
INFOGRAFIS PAJAK

Tugas dan Fungsi Ditjen Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu

Jum'at, 30 Mei 2025 | 10:30 WIB
PER-11/PJ/2025

Bikin Faktur Pajak Lewat Aplikasi Lama, PER-03/PJ/2022 Tetap Berlaku

Jum'at, 30 Mei 2025 | 10:00 WIB
AFRIKA SELATAN

Ditolak Rakyat, Negara Ini Batalkan Rencana Kenaikan PPN

Jum'at, 30 Mei 2025 | 09:45 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Yuridis Pengenaan PPN atas Penyerahan CPO