AS Janji Komoditas Kakao hingga Sawit RI Kena Tarif Lebih Rendah

Ilustrasi. Pekerja melakukan bongkar muat tandan kelapa sawit di PTPN IV Cibungur, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (12/7/2024). ANTARA FOTO/Henry Purba/agr/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Berdasarkan kesepakatan bilateral, Amerika Serikat (AS) berencana mengenakan tarif bea masuk lebih rendah dari 19% untuk beberapa komoditas asal Indonesia yang tidak dapat diproduksi oleh AS.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan komoditas yang akan mendapatkan tarif bea masuk lebih rendah antara lain kelapa sawit, kakao, dan kopi.
"Indonesia akan diberikan juga tarif yang lebih rendah dari 19% untuk beberapa komoditas sumber daya alam yang tidak diproduksi oleh Amerika Serikat, seperti kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro dan juga produk mineral lainnya," ujarnya, Kamis (24/7/2025).
Tidak hanya itu, Airlangga mengatakan AS juga berjanji akan mengenakan bea masuk yang lebih rendah untuk komponen pesawat terbang, serta alat kesehatan yang diproduksi di kawasan industri tertentu seperti kawasan perdagangan bebas (free trade zone).
Kendati demikian, janji penerapan tarif bea masuk yang lebih rendah tersebut belum difinalisasi oleh AS-Indonesia. Menurutnya, kedua pihak masih perlu berfiskusi secara komprehensif demi kepentingan negara masing-masing.
"Perundingan masih akan terus berlangsung untuk bicara detail teknis karena masih ada beberapa kepentingan yang dijanjikan dan akan ditindaklanjuti terkait dengan beberapa pokok pembahasan," kata Airlangga.
Setelah perundingan panjang, Airlangga menilai penurunan tarif bea masuk resiprokal AS dari 32% menjadi 19% merupakan capaian signifikan. Menurutnya, Indonesia juga mendapat tarif yang kompetitif bila dibandingkan dengan negara tetangga.
Presiden AS Donald Trump tercatat mengenakan tarif bea masuk resiprokal kepada Vietnam sebesar 20%, Filipina 19%, serta Jepang 15%. Sementara itu, tarif yang dikenakan kepada Malaysia masih sebesar 25%, Thailand 36%, Bangladesh 35%, Pakistan 29%, dan India 27%.
"Indonesia mendapatkan penurunan tarif salah satu yang paling rendah dibandingkan negara-negara lain yang dianggap mengakibatkan neraca perdagangan Amerika Serikat mengalami defisit. Ini adalah perundingan langsung yang cukup panjang dan diputuskan oleh kedua presiden," tutup Airlangga. (dik)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.