Trump Siapkan Tariff Rebate untuk Konsumen di AS

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. REUTERS/Kent Nishimura
WASHINGTON D.C., DDTCNews - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana pemerintah memberikan fasilitas berupa pengembalian bea masuk atau tariff rebate kepada konsumen.
Trump mengatakan tariff rebate diberikan kepada konsumen menggunakan penerimaan yang berasal dari pengenaan bea masuk resiprokal atas barang impor. Pasalnya, penerimaan bea masuk AS tercatat melonjak drastis sejak pemberlakuan bea masuk resiprokal.
"Kami sedang mempertimbangkannya. Kami memperoleh begitu banyak penerimaan sehingga kami sedang mempertimbangkan tariff rebate," ujar Trump, dikutip pada Senin (28/7/2025).
Kementerian Keuangan AS mencatat penerimaan bea masuk AS pada semester I/2025 mampu melebihi US$100 miliar. Khusus pada Juni 2025, penerimaan bea masuk AS tercatat mencapai US$27 miliar atau tumbuh 301% bila dibandingkan dengan realisasi bea masuk bulanan pada Juni 2024.
Menurut Trump, tariff rebate bakal diberikan kepada konsumen yang penghasilannya di bawah nilai tertentu. Meski demikian, Trump masih belum memberikan penjelasan mengenai skema pemberian tariff rebate tersebut.
"Hal terpenting yang ingin kami lakukan adalah melunasi utang. Namun, kami juga sedang mempertimbangkan pemberian rebate," ujar Trump dilansir cnbc.com.
Menanggapi rencana Trump tersebut, ekonom senior Tax Foundation Alex Durante mengatakan pemerintah AS perlu memberikan kepastian mengenai skema pemberian tariff rebate, apakah dalam bentuk stimulus atau melalui keringanan pajak.
"Saya berpandangan tariff rebate bukanlah kebijakan yang baik. Pendapatan dari bea masuk lebih baik digunakan untuk mengurangi defisit," ujar Durante.
Sementara itu, Ekonom Urban-Brookings Tax Policy Center Joseph Rosenberg mengatakan pemberitan tariff rebate bakal memperlebar defisit. Pasalnya, tariff rebate diberlakukan bersamaan dengan pemberlakuan One Big Beautiful Bill, undang-undang perpajakan yang memberikan banyak fasilitas kepada wajib pajak.
Tak hanya itu, tariff rebate juga diproyeksikan akan memperburuk inflasi. "Orang-orang akan membelanjakan sebagian uang yang diterima dari tariff rebate. Hal ini akan memperlebar inflasi," kata Rosenberg. (dik)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.