Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Literasi
Sabtu, 12 Juli 2025 | 10:31 WIB
RESENSI BUKU DDTC LIBRARY
Jum'at, 11 Juli 2025 | 20:15 WIB
RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
Jum'at, 11 Juli 2025 | 18:00 WIB
KAMUS PAJAK
Kamis, 10 Juli 2025 | 19:30 WIB
TIPS PAJAK
Fokus
Reportase

PPN 12%, Setuju atau Tidak? Tulis Komentar Anda, Hadiahnya Buku DDTC

A+
A-
35
A+
A-
35
PPN 12%, Setuju atau Tidak? Tulis Komentar Anda, Hadiahnya Buku DDTC

JAKARTA, DDTCNews - Isu pajak tidak luput dari sorotan publik pada masa awal kerja Kabinet Merah Putih dibawah Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran. Salah satu isu yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN).

Sesuai dengan amanat UU HPP yang mengubah UU PPN, kenaikan tarif PPN dilakukan secara bertahap. Kenaikan tarif pertama mulai berlaku pada 1 April 2022, yakni dari 10% menjadi 11%. Kemudian, tarif akan kembali naik menjadi 12% paling lambat 1 Januari 2025.

Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (13/11/2024), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pembahasan mengenai kenaikan tarif sudah berlangsung sejak lama. Sekarang, pemerintah mempersiapkan implementasi kebijakan tersebut.

Baca Juga: Berefek ke APBN, Perdana Menteri Ini Tolak Penurunan Tarif PPN Makanan

“Jadi di sini kami sudah membahas bersama Bapak Ibu sekalian [anggota Komisi XI DPR], sudah ada undang-undangnya. Kita perlu untuk menyiapkan agar itu bisa dijalankan tapi dengan penjelasan yang baik," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Rabu (13/11/2024).

Sri Mulyani menegaskan pemerintah tidak ‘membabi-buta’ dalam pengenaan pajak. Dalam konteks ini, kesehatan APBN memang harus dijaga. Selain itu, APBN juga harus dapat merespons situasi, seperti saat krisis keuangan global atau pandemi.

Meskipun tarif PPN dinaikkan secara bertahap, Sri Mulyani mengatakan pemerintah sesungguhnya telah memberikan berbagai fasilitas, mulai dari pengurangan tarif (reduced rate) hingga pembebasan. Hal ini menjadi langkah afirmatif terhadap banyak sektor ekonomi.

Baca Juga: Persiapan Rekonsiliasi PPN? Pahami Juga Ketentuan PPN PER-11/PJ/2025

Ketua Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun mengatakan kenaikan tarif PPN menjadi 12% pada 1 Januari 2025 merupakan amanat UU HPP. Namun, menurutnya, kondisi ekonomi saat ini memang sangat berbeda ketimbang ketika UU HPP disahkan.

"Kalau pemerintah tidak menjadikan itu pertimbangan, berarti pemerintah masih beranggapan bahwa kondisi ekonomi masih stabil, ekonomi masih tidak terpengaruh dengan daya beli masyarakat," katanya.

Misbakhun menjelaskan pemerintah dan DPR telah menyepakati kenaikan tarif PPN sejak 2021. Dalam proses pembahasannya, DPR juga sudah meminta kajian yang mendalam mengenai dampak kebijakan kenaikan tarif PPN.

Baca Juga: Sengketa Reklasifikasi Ekspor Atas Transaksi Penggantian Biaya

Meski demikian, lanjut Misbakhun, pemerintah tetap bisa mempertimbangkan penundaan kenaikan tarif PPN. Apabila memutuskan untuk menunda, masih ada banyak jalan yang dapat ditempuh dan tidak bertentangan dengan konstitusi.

Sesuai dengan ketentuan, ada ruang untuk menurunkan PPN serendah-rendahnya menjadi 5%. Ruang ini termuat dalam Pasal 7 UU PPN s.t.d.t.d UU HPP. Perubahan tarif diatur dengan PP setelah disampaikan pemerintah kepada DPR untuk dibahas dan disepakati dalam penyusunan RAPBN.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah berhati-hati dalam menaikan tarif PPN menjadi 12%. Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Bob Azam mengatakan kenaikan tarif PPN berpotensi menekan konsumsi masyarakat. Alhasil, tujuan optimalisasi penerimaan negara melalui kenaikan tarif PPN tidak terwujud.

Baca Juga: Jenis-Jenis SPT Masa PPN Berubah di Era Coretax, WP Perlu Perhatikan

"Kami selalu sampaikan ke pemerintah, kan pemerintah mau naikin PPN. Tidak selalu kenaikan PPN itu berujung ke kenaikan revenue. Jadi hati-hati," katanya.

Lantas, bagaimana menurut Anda? Apakah Anda setuju jika kenaikan tarif PPN menjadi 12% dilanjutkan? Atau Anda tidak setuju sehingga tarif PPN sebaiknya tetap 11%? Berikan pendapat dan uraikan alasan-alasan Anda dalam kolom komentar.

Sebanyak 6 pembaca DDTCNews yang memberikan pendapat pada kolom komentar artikel ini akan berkesempatan terpilih untuk mendapatkan buku terbitan DDTC berjudul Konsep Dasar Pajak: Berdasarkan Perspektif Internasional.

Baca Juga: Billing Sudah Expired tapi Belum Balik ke Konsep SPT, DJP Sarankan Ini

Buku ini merupakan cetakan kedua. Sebanyak 1.000 buku cetakan pertama April 2024 telah diterima banyak pihak, termasuk pemerintah, anggota DPR, pelaku usaha, karyawan swasta, konsultan pajak, akademisi, hingga mahasiswa.

Buku ini ditulis oleh Founder DDTC Darussalam dan Danny Septriadi bersama dengan Tax Expert, CEO Office DDTC Atika Ritmelina Marhani. Buku ini sangat penting sebagai bekal awal setiap orang yang ingin berkecimpung atau mendalami dunia pajak.

Adapun debat ini hanya bisa diikuti oleh warga negara Indonesia dan tidak berlaku untuk karyawan DDTC. Pemenang dipilih berdasarkan pada pengisian kolom komentar yang konstruktif, berdasarkan fakta, dan tidak mengandung unsur SARA.

Baca Juga: Bukan Pajak Hiburan, DJP Tegaskan Golf Dikenai PPN

Keputusan pemenang ditentukan oleh tim DDTCNews dan bersifat mutlak serta tidak dapat diganggu gugat. Penilaian akan diberikan atas komentar yang masuk sampai dengan Jumat, 29 November 2024 pukul 15.00 WIB. Pengumuman pemenang akan disampaikan pada Selasa, 3 Desember 2024. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : debat, debat pajak, debat DDTCNews, DDTCNews, PPN, PPN 12%, UU HPP, UU PPN
X

Edit Komentar

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Komentar
Pilih Setuju atau Tidak Setuju lalu tuliskan komentar Anda
Setuju
Tidak Setuju
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

Jonathan Thaddeus Levin

Kamis, 21 November 2024 | 10:15 WIB
Tidak setuju, kenaikan PPN memang belum tentu menaikan harga barang di rantai produksi karena adanya sistem kredit PPN bagi PKP. Akan tetapi, kenaikan ini pasti akan berdampak ke masyarakat menengah ke bawah yg belum sepenuhnya pulih pasca pandemi krn sifat PPN yg merupakan pajak tidak langsung akan ... Baca lebih lanjut

clarita anna jessica

Kamis, 21 November 2024 | 10:11 WIB
Tidak Setuju: 1. Beban untuk Konsumen: Kenaikan tarif PPN dapat meningkatkan harga barang dan jasa, yang pada gilirannya dapat memberatkan masyarakat, terutama bagi golongan menengah ke bawah. 2. Inflasi: Kenaikan tarif PPN berpotensi menyebabkan inflasi karena kenaikan harga barang dan jasa. 3. Beb ... Baca lebih lanjut

Hendra Oentoro

Kamis, 21 November 2024 | 10:08 WIB
Kenaikan tarif PPN akan mengakibatkan dampak domino berupa kenaikan harga pada level konsumen akhir. Kenaikan harga tersebut akan menambah beban konsumsi rumah tangga pada level masyarakat kelas menengah ke bawah sehingga terjadi penurunan daya beli masyarakat yang mengakibatkan ekonomi menjadi "tid ... Baca lebih lanjut

aditpm

Kamis, 21 November 2024 | 10:03 WIB
Tidak setuju. paradigma yg salah dari pemangku kebijakan. saat ingin menaikkan tarif pajak selalu referensi nya negara maju seperti eropa, jepang, china dsb. giliran soal kesejahteraan patokannya negara2 selevel sperti asia tenggara dsb. aneh. klo terus seperti ini image pajak akan selalu buruk di m ... Baca lebih lanjut

pt. tembakau djajasakti

Kamis, 21 November 2024 | 10:02 WIB
untuk saat ini kenaikan PPN menjadi 12% di rasa kurang tepat, mungkin pemerintah bisa melakukan penundaan untuk kenaikan tersebut sampai keadaan ekonomi agak membaik. untuk menjaga kesehatan APBN karena penundaan tersebut mungkin pemerintah bisa mengoptimalkan sektor pendapatan pajak lainnya atau me ... Baca lebih lanjut

Juwandi

Kamis, 21 November 2024 | 10:00 WIB
Sebagai warga yg punya sifat konsumtif tentu nilai ppn 12% termasuk tarif yg tinggi jd sbg konsumen tentu kita memilih tarif yg lebih murah Dari segi pemerintah tentu menjadi hal yg sangat berarti karna dapat meningkatkan penerimaan negara Kemudian krn amanat UU tentu kemenkeu tetap harus menjalanka ... Baca lebih lanjut

Amin Heri Sanjaya

Kamis, 21 November 2024 | 09:49 WIB
Pemerintah kurang tepat menaikan PPN 12 % per januari 2024 mengingat daya beli maysarakat menurun dan dengan kenaikan PPN 12% akan berakibat naiknya barang barang dan komoditas lainnya

Dedy Amirsyah

Kamis, 21 November 2024 | 09:48 WIB
Ketika PPN menjadi 12 persen akan membuat hampir semua barang dan jasa yang dikonsumsi menjadi lebih mahal. Akibatnya, masyarakat menengah ke bawah, yang memiliki porsi pendapatan terbesar untuk konsumsi kebutuhan pokok, akan merasakan dampaknya secara langsung. Hal ini juga berdampak ke golongan me ... Baca lebih lanjut

Muhamad Soleh

Kamis, 21 November 2024 | 09:44 WIB
Saya sangat tidak setuju walaupun ada beberapa hal yg TDK dikenakan pajak, tp tau sendiri lah oknum oknum di Indonesia ini , sangat memanfaatkan momen kenaikan pajak ini

Tono

Kamis, 21 November 2024 | 09:44 WIB
Menurut saya tidak cocok atau tidak pas untuk diterapkan PPn 12% dalam kondisi ekonomi lagi susah serta APBN kurang sehat, serta membebankan para Pengusaha UMKM dan Rakyat. Seharusnya pemerintah harus mengambil langkah yang baik dan solusi terbaik bagi rakyat.

ARTIKEL TERKAIT

Selasa, 01 Juli 2025 | 07:35 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

Marketplace Pungut Pajak, Integrasi Data Pedagang Jadi Tantangan

Senin, 30 Juni 2025 | 17:30 WIB
PMK 13/2025

Mulai Besok! Fasilitas Diskon PPN Rumah Turun Jadi 50 Persen

Senin, 30 Juni 2025 | 13:00 WIB
UJI MATERIIL

Pemerintah Minta MK Tak Kabulkan Gugatan atas UU PPN

Senin, 30 Juni 2025 | 08:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Tarif Efektif Turun Jadi 11%, Indonesia Bakal Sulit Mobilisasi PPN

berita pilihan

Sabtu, 12 Juli 2025 | 10:31 WIB
RESENSI BUKU DDTC LIBRARY

Menakar Sistem Perpajakan yang Berkeadilan Gender

Sabtu, 12 Juli 2025 | 10:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dari Uang Pajak, Sekolah Rakyat Bakal Meluncur Pekan Depan

Sabtu, 12 Juli 2025 | 09:30 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Untuk Kepastian Pajak, Sri Mulyani Dorong Pertukaran Data Otomatis

Sabtu, 12 Juli 2025 | 09:00 WIB
PER-8/BC/2025

DJBC Rilis Petunjuk Teknis Baru Soal Layanan Barang Kiriman

Sabtu, 12 Juli 2025 | 08:30 WIB
PROVINSI LAMPUNG

Realisasi Baru 41%, Ini Strategi Pemprov Kejar Target Pajak Daerah

Sabtu, 12 Juli 2025 | 08:00 WIB
PER-7/PJ/2025

Agar Bisa Jadi Tempat Pengukuhan PKP, Kantor Virtual Juga Harus PKP

Sabtu, 12 Juli 2025 | 07:30 WIB
DDTC ACADEMY - EXCLUSIVE WEBINAR

Persiapan Rekonsiliasi PPN? Pahami Juga Ketentuan PPN PER-11/PJ/2025

Sabtu, 12 Juli 2025 | 07:15 WIB
WEEKLY TAX NEWS ROUNDUP

New App to Download Coretax Data, Tax Payment Deadline Now the Same

Sabtu, 12 Juli 2025 | 07:00 WIB
BERITA PAJAK SEPEKAN

Aplikasi Baru untuk Unduh Data Coretax, Deadline Bayar Pajak Kini Sama