Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Fokus
Reportase

Tren Pemberian Insentif PPh Badan di Dunia dalam Satu Dekade Terakhir

A+
A-
1
A+
A-
1
Tren Pemberian Insentif PPh Badan di Dunia dalam Satu Dekade Terakhir

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews - Insentif pajak, yang jenisnya sangat beragam, menjadi kebijakan yang sering dimanfaatkan oleh banyak negara guna menarik investor asing untuk menanamkan modal ke dalam yurisdiksinya.

Insentif pajak ditawarkan oleh suatu negara untuk meningkatkan daya saing ekonominya. Bagi negara yang iklim investasinya kurang menarik, insentif pajak bisa menjadi salah satu pilihan kebijakan guna memoles daya pikat terhadap investor.

Global Investment Competitiveness Survey mencatat investor lebih mementingkan faktor-faktor struktural seperti stabilitas politik dan makroekonomi sebelum mengambil keputusan untuk menanamkan modal pada yurisdiksi tertentu.

Ketika ditanya, sebanyak 84,3% dan 84,7% responden mengatakan stabilitas politik dan stabilitas makroekonomi adalah faktor penting untuk menentukan lokasi investasi. Sementara itu, tercatat juga ada 76,8% responden yang memandang pajak sebagai faktor penentu investasi.

Meski insentif memiliki potensi menarik investasi, pemberian insentif pajak juga berpotensi menimbulkan revenue forgone, mendistorsi perilaku investasi, serta mendorong praktik rent-seeking.

Oleh karena itu, insentif pajak perlu diberikan secara berimbang guna memastikan negara mendapatkan manfaat yang lebih besar ketimbang biaya yang timbul akibat insentif tersebut.

Berdasarkan catatan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), mayoritas yurisdiksi dari seluruh kawasan lebih banyak mengandalkan insentif PPh badan untuk menarik investasi. Dari seluruh insentif yang ditetapkan oleh yurisdiksi-yurisdiksi pada 2011 hingga 2021, sebesar 49% di antaranya adalah insentif PPh badan.

Adapun insentif PPh badan yang paling banyak diberikan adalah tax holiday. Secara lebih terperinci, tercatat ada 86 insentif tax holiday baru yang diperkenalkan oleh yurisdiksi-yurisdiksi pada 2011 hingga 2021.

Secara terperinci, negara-negara di kawasan Afrika dan Asia lebih mengandalkan tax holiday untuk menarik investasi, sedangkan negara Amerika Latin justru lebih banyak mengandalkan insentif pengurangan tarif PPh badan.

Baik tax holiday maupun pengurangan tarif PPh badan adalah insentif berbasis laba (profit-based incentive). Insentif berbasis laba adalah insentif yang diberikan langsung atas penghasilan dari suatu investasi.

Berbeda dengan kawasan-kawasan lainnya, hanya Eropa yang tercatat lebih mengandalkan insentif berbasis biaya (expenditure-based incentive) ketimbang insentif jenis lain menarik investasi. Bentuk-bentuk insentif berbasis biaya antara lain investment allowance, tax allowance, penyusutan dipercepat, dan kredit pajak.

Berbeda dengan insentif berbasis laba, insentif berbasis biaya diberikan berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak untuk melakukan penanaman modal ataupun kegiatan usaha. Tren pemberian insentif berdasarkan kawasannya selama satu dekade terakhir bisa disimak dalam grafik berikut ini.


Lantas, jenis insentif apa yang lebih baik guna meningkatkan investasi? UNCTAD mencatat insentif berbasis laba seperti tax holiday cenderung lebih baik untuk menarik penanaman modal asing yang bersifat mobile.

Insentif berbasis biaya justru lebih mampu mendorong reinvestasi dan integrasi lebih jauh ke dalam perekonomian lokal. Tak hanya itu, insentif berbasis biaya bisa diberikan secara khusus atas investasi seperti penanaman modal untuk mendukung riset, pengembangan SDM, hingga transisi energi.

Selain itu, pemberian insentif berbasis biaya juga perlu dipertimbangkan guna mengantisipasi pemberlakuan pajak minimum global dengan tarif 15% sebagaimana dimaksud dalam Pilar 2: Global Anti Base Erosion (GloBE). (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : narasi data, statistik pajak, insentif pajak, PPh badan, tax holiday, investasi

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Kamis, 19 Juni 2025 | 14:00 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Genjot Ekonomi, Pemerintah Dorong WP Manfaatkan Supertax Deduction

Selasa, 17 Juni 2025 | 16:30 WIB
KOREA SELATAN

Negara Ini Perpanjang Diskon Pajak BBM hingga Agustus 2025

Selasa, 17 Juni 2025 | 14:30 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Prabowo Sebut Pembentukan Danantara Meniru Temasek di Singapura

Selasa, 17 Juni 2025 | 12:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Airlangga Minta Singapura Naikkan Investasi ke RI hingga Rp651 Triliun

berita pilihan

Minggu, 06 Juli 2025 | 16:30 WIB
PER-11/PJ/2025

Begini Perincian Format Laporan Penghitungan Angsuran PPh Pasal 25

Minggu, 06 Juli 2025 | 16:00 WIB
PER-7/PJ/2025

Kriteria PKP yang Dilakukan Pengujian Kewajiban Subjektif dan Objektif

Minggu, 06 Juli 2025 | 15:30 WIB
ANGGARAN PEMERINTAH

Bansos Didanai Pajak, Kemensos Minta PPATK Cek Rekening Penerimanya

Minggu, 06 Juli 2025 | 14:00 WIB
PERPRES 68/2025

Prabowo Rilis Perpres Baru soal Pajak Transaksi Digital Luar Negeri

Minggu, 06 Juli 2025 | 13:30 WIB
KEBIJAKAN EKONOMI

Pemerintah Bakal Terapkan Satu Harga untuk LPG 3 Kg Mulai Tahun Depan

Minggu, 06 Juli 2025 | 11:00 WIB
INFOGRAFIS PAJAK

Seputar Ketentuan SPT Masa PPh Unifikasi dalam PER-11/PJ/2025

Minggu, 06 Juli 2025 | 10:30 WIB
KEBIJAKAN INVESTASI

Naikkan Investasi, Sri Mulyani Beberkan Poin-Poin Utama Deregulasi

Minggu, 06 Juli 2025 | 09:30 WIB
KPP PRATAMA MAMUJU

Gali Potensi Penerimaan Pajak, DJP dan Pemkab Pasangkayu Jalin Sinergi