PMK 81/2024 Atur Pengecualian PPh PHTB dan PPJB, Apa Ada Perubahannya?

Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 81/2024 turut mengatur pihak atau jenis pengalihan yang dikecualikan dari pengenaan pajak penghasilan (PPh) final atas pengalihan hak tanah dan/atau bangunan (PHTB).
Pihak atau jenis pengalihan tersebut juga dikecualikan dari pengenaan PPh final atas perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) atas tanah dan/atau bangunan. Pengecualian pengenaan PPh final PHTB dan PPJB tersebut diatur dalam Pasal 200 PMK 81/2024.
“Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 192 ayat (1) [PHTB] dan Pasal 192 ayat (3) [PPJB],” bunyi Pasal 200 ayat (1) PMK 81/2024, dikutip pada Selasa (6/5/2025).
Merujuk Pasal 200 ayat (1) PMK 81/2024, terdapat 7 pihak atau jenis pengalihan yang dikecualikan dari pengenaan PPh final atas PHTB dan PPJB.
Pertama, orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp60 juta dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
Kedua, orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada: (i) keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat; (ii) badan keagamaan; (iii) badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, dan (iv) koperasi.
Selain itu, pengecualian juga diberikan terhadap orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil (UMK).
Ketiga, badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada: (i) badan keagamaan; (ii) badan pendidikan; (iii) badan sosial termasuk yayasan; (iv) koperasi; atau (iv) orang pribadi yang menjalankan UMK.
Adapun pengecualian PPh atas hibah sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Perincian ketentuan pengecualian PPh atas hibah diatur lebih lanjut dengan PMK 90/2020.
Keempat, pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris. Kelima, badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan oleh menteri untuk menggunakan nilai buku.
Keenam, orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan. Simak Apa Itu Bangun Guna Serah?
Ketujuh, orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan. Pengecualian pengenaan PPh PHTB dan PPJB tersebut diberikan dengan menggunakan surat keterangan bebas (SKB) PHTB atau PPJB
“Pengecualian dari kewajiban pembayaran atau pemungutan...diberikan dengan penerbitan surat keterangan bebas pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya,” bunyi Pasal 200 ayat (2) PMK 81/2024.
Seiring dengan berlakunya PMK 81/2024, pasal tersebut menggantikan ketentuan pengecualian PPh final PHTB terdahulu yang diatur dalam Pasal 10 PMK 261/2016. Apabila disandingkan, PMK 81/2024 tidak mengubah ketentuan pengecualian PPh PHTB dan PPJB yang sebelumnya diatur dalam PMK 261/2016. (dik)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.