AS Akan Kenakan Bea Masuk 3.403,96% atas Panel Surya dari Kamboja

Ilustrasi. Panel surya terpasang pada atap area parkir kendaraan. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
WASHINGTON D.C., DDTCNews - Amerika Serikat (AS) akan mengenakan bea masuk hingga sebesar 3.403,96% atas panel surya yang diimpor dari Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
Hasil investigasi Kementerian Perdagangan AS menunjukkan perusahaan China memproduksi panel surya di Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Malaysia lalu mengekspornya ke AS dengan harga di bawah biaya produksi.
"Kementerian Perdagangan AS menemukan bahwa perusahaan-perusahaan di keempat negara tersebut menerima subsidi dari pemerintah China," tulis Kementerian Perdagangan AS dalam keterangan resminya, dikutip pada Selasa (22/4/2025).
Secara terperinci, Kementerian Perdagangan AS berencana untuk memberlakukan bea masuk antidumping sebesar 6,1% hingga 271,28% dan bea masuk antisubsidi (anti-subsidy countervailing duties) sebesar 14,64% hingga 3.403,96%. Bea masuk yang dikenakan oleh AS bakal bervariasi, tergantung pada perusahaan eksportir dan negara asal.
Misal, panel surya yang diproduksi oleh Hounen Solar bakal dikenai bea masuk antidumping sebesar 125,37% dan bea masuk antisubsidi sebesar 3.403,96%. Hounen Solar adalah eksportir panel surya yang berlokasi di Kamboja.
Usulan pengenaan bea masuk antidumping dan antisubsidi telah diusulkan oleh Kementerian Perdagangan AS kepada International Trade Commission (ITC). ITC akan menetapkan keputusan atas usulan dan hasil investigasi tersebut paling lambat pada 2 Juni 2025.
Jika ITC memberikan persetujuan, Kementerian Perdagangan akan memberlakukan bea masuk antidumping dan antisubsidi atas impor panel surya dari keempat negara. Bila ITC tidak memberikan persetujuan, artinya tidak ada bea masuk antidumping dan antisubsidi yang dikenakan.
Menanggapi kabar ini, Tim Brightbill selaku kuasa hukum dari American Alliance for Solar Manufacturing Trade Committee mengatakan selama ini perusahaan China di Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Malaysia mengekspor panel surya ke AS dengan harga yang lebih rendah dari biaya produksi.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut menerima subsidi dari China. Praktik tersebut membuat panel surya produksi AS menjadi tidak kompetitif.
"Kami yakin pemerintah akan menindaklanjuti praktik perdagangan tidak adil dari perusahaan milik China di Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Mereka telah merugikan industri panel surya AS," ujar Brightbill seperti dilansir finance.yahoo.com. (dik)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.