Ketidakpastian Global Akibat Perang Dagang Diprediksi Permanen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan ketidakpastian perekonomian global akibat perang dagang akan berlangsung lama atau bahkan permanen. Perang dagang tersebut dipicu oleh penerapan tarif impor resiprokal di Amerika Serikat (AS).
Sri Mulyani menilai setiap negara ke depannya akan membuat kebijakan fiskal yang bertujuan untuk melindungi negaranya masing-masing. Terlebih lagi, penundaan tarif impor resiprokal AS akan berakhir pada Juli mendatang sehingga semua negara bersiap untuk melakukan proteksi.
"We are witnessing the uncertainty. Ini akan lebih permanen. Karena secara alamiah, ketidakpastian itu tidak bersifat temporer atau sementara," ujarnya, dikutip pada Kamis (19/6/2025).
Di tengah gejolak global saat ini, Sri Mulyani menyoroti peran penting lembaga multilateral di bidang perdagangan seperti World Trade Organisation (WTO). Menurutnya, WTO seharusnya berperan besar dalam mengatasi ketegangan global yang dipicu oleh tarif dagang AS.
Ia mengungkapkan ketika AS memilih menerapkan tarif impor tinggi secara sepihak, banyak negara berharap permasalahan dagang itu harus dibawa dan segera diselesaikan di WTO. Namun, WTO cenderung pasif dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya mengatur perdagangan internasional, termasuk sebagai wadah untuk melakukan perundingan dan menyelesaikan masalah perdagangan dunia.
"WTO yang sekarang tidak atau sangat kurang berfungsi. Ibaratnya, di sebuah desa ketika ada rumah tangga yang berselisih, mungkin lebih mudah dan praktis menyelesaikannya secara bilateral atau masing-masing," katanya.
Karena WTO tidak mampu mewadahi kebutuhan dan kepentingan, belakangan ini negara-negara besar di dunia tidak lagi mempercayai lembaga multilateral. Imbasnya, tiap negara mulai bertindak sepihak atau unilateralisme.
"Negara-negara yang kuat merasa harus menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan lembaga multilateral. Ini lah yang disebut unilateralism atau dispute yang diselesaikan secara bilateral," kata Menkeu.
Sri Mulyani mengatakan situasi ketika rezim unilateral mendominasi – serta diperparah dengan masalah keamanan dan politik – akan menyebabkan dunia terus bersitegang. Ia pun mengaku tidak mampu memprediksi kapan gejolak tersebut akan berakhir.
Dalam kondisi ini, dia memandang setiap negara harus menyiapkan mekanisme untuk mengatasi atau menanggung dampak akibat guncangan perekonomian global.
"Akan terjadi perpetual shock karena keputusan politik dibuat oleh negara atau pimpinan negara tertentu, yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan negara lain. Ini lah yang menjadi sumber ketidakpastian global," tutupnya. (dik)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.