Neraca Dagang RI Surplus US$15,38 Miliar sepanjang Januari-Mei 2025

Tangkapan layar paparan mengenai neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Mei 2025 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (1/7/2025).
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Mei 2025 mengalami surplus senilai US$15,38 miliar.
Neraca perdagangan kumulatif mencetak surplus lantaran kinerja ekspor lebih tinggi ketimbang impor. Pada Januari-Mei 2025, realisasi ekspor mencapai US$111,98 miliar, sedangkan impornya senilai US$96,60 miliar.
"Secara kumulatif Januari hingga Mei 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$15,38 miliar," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Selasa (1/7/2025).
Pudji menyampaikan surplus neraca perdagangan barang kumulatif senilai US$15,38 miliar ini mengalami peningkatkan sebesar US$2,32 miliar dibandingkan dengan capaian periode yang sama pada 2024.
Dia memaparkan surplus sepanjang Januari-Mei 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas senilai US$23,10 miliar. Sementara untuk komoditas migas, masih mengalami defisit US$7,72 miliar.
Selanjutnya, berdasarkan mitra dagang, BPS mencatat negara penyumbang surplus terbesar yaitu Amerika Serikat senilai US$7,08 miliar, India US$5,30 miliar, dan Filipina US$3,69 miliar.
Sementara itu, ada 3 negara penyumbang defisit terdalam bagi Indonesia. Mitra dagang tersebut antara lain China dengan defisit perdagangan sebesar US$8,87 miliar, disusul Singapura US$2,79 miliar, dan Australia US$2,11 miliar.
Lebih lanjut, Pudji melaporkan pada Mei 2025, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus senilai US$4,3 miliar.
"Neraca perdagangan Indonesia, dengan demikian telah mencatat surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya.
Neraca perdagangan mencetak surplus lantaran kinerja ekspor lebih tinggi ketimbang impor. Pada Mei 2025, realisasi ekspor mencapai US$24,61 miliar, sedangkan impor berada di angka US$20,31 miliar.
Surplus pada Mei 2025 lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas senilai US$5,83 miliar. Komoditas penyumbang surplus utama terdiri dari lemak dan minyak, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Sementara itu, BPS mencatat terjadi kontraksi pada neraca komoditas migas sebesar US$1,53 miliar. Adapun komoditas penyumbang defisit, yakni hasil minyak dan minyak mentah. (dik)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.