Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Review
Jum'at, 25 April 2025 | 15:45 WIB
REPORTASE DDTC DARI SINGAPURA
Jum'at, 25 April 2025 | 11:45 WIB
REPORTASE DDTC DARI SINGAPURA
Jum'at, 25 April 2025 | 11:11 WIB
REPORTASE DDTC DARI SINGAPURA
Jum'at, 25 April 2025 | 11:11 WIB
REPORTASE DDTC DARI SINGAPURA
Data & Alat
Rabu, 30 April 2025 | 09:25 WIB
KURS PAJAK 30 APRIL 2025 - 06 MEI 2025
Rabu, 23 April 2025 | 09:37 WIB
KURS PAJAK 23 APRIL 2025 - 29 APRIL 2025
Jum'at, 18 April 2025 | 16:00 WIB
MINYAK MENTAH INDONESIA
Rabu, 16 April 2025 | 09:37 WIB
KURS PAJAK 16 APRIL 2025 - 22 APRIL 2025
Fokus
Reportase

Permohonan Insentif Pajak Kegiatan Litbang Tak Perlu Lampirkan SKF

A+
A-
0
A+
A-
0
Permohonan Insentif Pajak Kegiatan Litbang Tak Perlu Lampirkan SKF

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews – Wajib pajak yang mengajukan permohonan insentif supertax deduction untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) nantinya tidak perlu melampirkan surat keterangan fiskal (SKF).

Ketentuan itu tercantum dalam Pasal 437 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 81/2024. Merujuk pasal tersebut, wajib pajak tidak perlu melampirkan SKF sepanjang telah memenuhi persyaratan untuk diberikan SKF.

“….b. memenuhi persyaratan untuk diberikan SKF sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pemberian SKF,” bunyi Pasal 437 ayat (1) PMK 81/2024, dikutip pada Sabtu (30/11/2024).

Baca Juga: Latensi Turun, DJP Klaim Coretax System Sudah Jauh Lebih Stabil

Dengan demikian, SKF sebenarnya tetap menjadi salah satu syarat untuk mendapat insentif supertax deduction atas kegiatan litbang. Namun, berbeda dengan ketentuan terdahulu, wajib pajak tidak perlu lagi melampirkan SKF tersebut saat mengajukan permohonan melalui online single submission (OSS).

Sebelumnya, ketentuan mengenai insentif supertax deduction untuk kegiatan litbang diatur melalui PMK 153/2020. Merujuk Pasal 7 ayat (1) PMK 153/2020, wajib pajak yang ingin mendapat insentif supertax deduction untuk kegiatan litbang harus mengajukan permohonan melalui OSS dengan melampirkan 2 dokumen.

Kedua dokumen yang harus dilampirkan tersebut, meliputi: (i) proposal kegiatan litbang; (ii) SKF. Namun, pemerintah mengubah ketentuan insentif supertax deduction untuk kegiatan litbang melalui Pasal 432 sampai dengan Pasal 441 PMK 81/2024.

Baca Juga: DJP Online Masih Beroperasi hingga Daluwarsa Pajak

PMK 81/2024 tersebut akan berlaku mulai 1 Januari 2025. Berlakunya PMK 81/2024 akan sekaligus mencabut dan menggantikan PMK 153/2020. Untuk itu, ketentuan mengenai insentif supertax deduction untuk kegiatan litbang akan mengacu pada PMK 81/2024 mulai tahun depan.

Merujuk Pasal 437 ayat (1) PMK 81/2024, wajib pajak yang ingin mendapat insentif supertax deduction untuk kegiatan litbang cukup mengajukan permohonan melalui OSS dengan mengunggah proposal kegiatan litbang dan memenuhi persyaratan untuk diberikan SKF.

Sebagai informasi, insentif supertax deduction merupakan sebutan atas insentif pajak untuk wajib pajak yang terlibat dalam kegiatan litbang tertentu di Indonesia. Insentif tersebut ditawarkan di antaranya untuk mendorong peran dunia usaha dan dunia industri dalam m kegiatan litbang.

Baca Juga: DJP: 2.477 WP Badan Perpanjang Jangka Waktu Lapor SPT Tahunan 2024

Insentif yang diberikan berupa pengurangan penghasilan bruto hingga 300% dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan litbang tertentu di Indonesia yang dibebankan dalam jangka waktu tertentu.

Pengurangan penghasilan bruto yang diberikan untuk kegiatan litbang meliputi dua hal. Pertama, pengurangan penghasilan bruto sebesar 100% dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan Litbang.

Kedua, tambahan pengurangan penghasilan bruto sebesar paling tinggi 200% dari akumulasi biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan litbang dalam jangka waktu tertentu. Perincian ketentuan terbaru insentif pajak untuk kegiatan litbang dapat disimak dalam PMK 81/2024. (sap)

Baca Juga: Sederet Kewajiban Pajak yang Jatuh Tempo Hari Ini, WP Perlu Perhatikan

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : administrasi pajak, coretax system, coretax, litbang, surat keterangan fiskal, SKF, PMK 81/2024

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Jum'at, 25 April 2025 | 18:30 WIB
KPP MADYA JAKARTA UTARA

Edukasi WP, Petugas Pajak Jelaskan Definisi Tiap-Tiap Kolom Buku Besar

Jum'at, 25 April 2025 | 13:30 WIB
CORETAX SYSTEM

Lapor SPT Tahunan Lewat Coretax Tahun Depan, WP Perlu Perhatikan Ini

Jum'at, 25 April 2025 | 09:30 WIB
KONSULTASI CORETAX

Validasi SSP PPh PHTB Lewat Coretax, Pakai Menu yang Mana?

berita pilihan

Rabu, 30 April 2025 | 19:30 WIB
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Setoran PNBP dari Dividen BUMN Turun, Gara-Gara Mengalir ke Danantara

Rabu, 30 April 2025 | 18:30 WIB
KEBIJAKAN CUKAI

Produksi Rokok Turun 4,2 Persen, Downtrading Jadi Salah Satu Penyebab

Rabu, 30 April 2025 | 18:00 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

Latensi Turun, DJP Klaim Coretax System Sudah Jauh Lebih Stabil

Rabu, 30 April 2025 | 17:30 WIB
APBN 2025

Tak Ada Lagi Data Pajak Neto dalam APBN Kita, Ini Kata Wamenkeu

Rabu, 30 April 2025 | 17:08 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

DJP Online Masih Beroperasi hingga Daluwarsa Pajak

Rabu, 30 April 2025 | 16:30 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

BKF: UMKM Bisa Perpanjang Penggunaan PPh Final Meski PP Belum Direvisi

Rabu, 30 April 2025 | 16:18 WIB
KEBIJAKAN CUKAI

Buat Kajian Cukai Sepeda Motor & Batu Bara, DJBC: Implementasinya Jauh

Rabu, 30 April 2025 | 15:47 WIB
KEPATUHAN PAJAK

DJP: 2.477 WP Badan Perpanjang Jangka Waktu Lapor SPT Tahunan 2024

Rabu, 30 April 2025 | 15:31 WIB
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Pengkreditan Pajak Masukan Pengalihan BKP untuk Restrukturisasi Usaha