Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Komunitas
Rabu, 23 April 2025 | 10:20 WIB
DDTC ACADEMY – PRACTICAL COURSE
Selasa, 22 April 2025 | 16:03 WIB
DDTC ACADEMY - EXCLUSIVE SEMINAR
Senin, 21 April 2025 | 11:38 WIB
DDTC ACADEMY - ADIT Exam Preparation Course
Senin, 21 April 2025 | 10:01 WIB
DDTC ACADEMY – PRACTICAL COURSE
Fokus
Reportase

WTO: Kebijakan Tarif AS Tingkatkan Ketidakpastian Perdagangan Global

A+
A-
0
A+
A-
0
WTO: Kebijakan Tarif AS Tingkatkan Ketidakpastian Perdagangan Global

Ilustrasi : Kegiatan Ekspor Impor (Foto: Istimewa).

JENEWA, DDTCNews - World Trade Organization (WTO) memperkirakan volume perdagangan barang dunia akan turun sebesar 0,2% pada 2025 seiring dengan memanasnya situasi perdagangan global.

Dirjen WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan kebijakan tarif bea masuk di Amerika Serikat di (AS) telah meningkatkan ketidakpastian dalam perdagangan global. Terlebih, ketika China merespons kebijakan AS tersebut dengan ikut menaikkan tarif bea masuknya.

"Saya sangat prihatin dengan ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan, termasuk kebuntuan AS-China," katanya dalam keterangan pers WTO, dikutip pada Selasa (22/4/2025).

Baca Juga: Kemenperin: TKDN Mulai Dievaluasi Sebelum Ada Kebijakan Tarif AS

Pada laporan Global Trade Outlook and Statistics yang diterbitkan WTO pada 16 April 2025 tertulis proyeksi volume perdagangan barang global bakal menurun hampir 3 poin persen pada tahun ini. Proyeksi ini didasarkan pada situasi tarif bea masuk per 14 April 2025.

Menurut WTO, kinerja perdagangan global dapat mengalami kontraksi lebih dalam hingga 1,5% pada 2025 jika situasinya memburuk.

Perdagangan jasa, meskipun tidak secara langsung dikenakan tarif, juga diperkirakan turut terpengaruh. Volume perdagangan jasa komersial global diproyeksi hanya akan tumbuh sebesar 4,0%, melambat dari yang semula diharapkan.

Baca Juga: Kemendag: Bea Masuk 47 Persen Tak Diberlakukan AS untuk Semua Barang

Keputusan Presiden AS Donald Trump menunda penerapan tarif resiprokal memang telah meredakan sebagian tekanan pada perdagangan global, tetapi risiko kontraksi yang kuat akan tetap ada.

"Ketidakpastian yang terus berlanjut mengancam akan menghambat pertumbuhan global, dengan konsekuensi negatif yang parah bagi dunia, khususnya ekonomi yang paling rentan," ujar Okonjo-Iweala.

Pada awal tahun, Sekretariat WTO memperkirakan perluasan perdagangan global yang berkelanjutan pada 2025 dan 2026. Perdagangan barang diyakini tumbuh sejalan dengan PDB dunia, serta perdagangan jasa komersial meningkat dengan lebih cepat.

Baca Juga: Perjanjian Perdagangan Internasional yang Sudah Diteken RI, Apa Saja?

Namun, kebijakan tarif bea masuk yang diambil beberapa negara besar belakangan ini membuat situasi perdagangan tidak sebaik perkiraan awal. Kebijakan tarif bea masuk resiprokal diperkirakan mengurangi pertumbuhan volume perdagangan barang global sebesar 0,6 poin persen pada 2025, sedangkan perluasan ketidakpastian kebijakan perdagangan dapat memangkas pertumbuhan 0,8 poin persen.

Kepala Ekonom WTO Ralph Ossa menyebut telah melakukan simulasi yang menunjukkan ketidakpastian kebijakan perdagangan dapat berefek pada penurunan ekspor dan melemahkan aktivitas ekonomi. Selain itu, kebijakan tarif juga dapat memicu kebijakan dengan konsekuensi yang luas.

Pada 2024, volume perdagangan barang global dilaporkan mampu tumbuh 2,9%, sedangkan pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh 2,8%. Kinerja ini menjadikan 2024 sebagai tahun pertama sejak 2017, tidak termasuk saat situasi Covid-19, di mana perdagangan barang tumbuh lebih cepat daripada output. (dik)

Baca Juga: Wamenkeu Klaim Kinerja Fiskal Tetap Responsif Hadapi Gejolak Tarif AS

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : bea masuk, perdagangan internasional, WTO, tarif impor, bea masuk, Amerika Serikat

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Jum'at, 18 April 2025 | 10:30 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Negosiasi Tarif Bea Masuk, RI Siap Impor Migas dan Produk Pertanian AS

Jum'at, 18 April 2025 | 09:19 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

Baru Dapat Izin, SKPPL di Laporan Tahunan Konsultan Pajak Boleh Kosong

Kamis, 17 April 2025 | 16:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Ada Kebijakan Tarif AS, Pemerintah Perlu Antisipasi Dampaknya ke Pajak

Kamis, 17 April 2025 | 15:30 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Menlu AS dan Indonesia Bertemu, Bahas Bea Masuk Resiprokal

berita pilihan

Rabu, 23 April 2025 | 11:00 WIB
INFOGRAFIS PAJAK

Cara Isi Daftar Nominatif Biaya Imbalan terkait Natura dan Kenikmatan

Rabu, 23 April 2025 | 10:20 WIB
DDTC ACADEMY – PRACTICAL COURSE

Pendaftaran Ditutup Hari Ini! Excel bagi Profesional Pajak Pemula

Rabu, 23 April 2025 | 10:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kemenperin: TKDN Mulai Dievaluasi Sebelum Ada Kebijakan Tarif AS

Rabu, 23 April 2025 | 09:37 WIB
KURS PAJAK 23 APRIL 2025 - 29 APRIL 2025

Kurs Pajak Terbaru: Sempat Keok, Rupiah Akhirnya Menguat Atas Dolar AS

Rabu, 23 April 2025 | 09:30 WIB
IBU KOTA NUSANTARA

Investor Tanam Modal di IKN, Pemerintah Bakal Beri Penjaminan

Rabu, 23 April 2025 | 09:15 WIB
KANWIL DJP JAKARTA BARAT

KPP Gandeng Dasawisma untuk Tingkatkan Penerimaan Pajak

Rabu, 23 April 2025 | 08:45 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

BAKN DPR Ingin Laporan Keuangan Semua K/L Dapat Opini WTP

Rabu, 23 April 2025 | 07:00 WIB
BERITA PAJAK HARI INI

PMK Konsultan Pajak Direvisi, KKP Bakal Wajib Punya Izin Kantor

Selasa, 22 April 2025 | 19:30 WIB
ADMINISTRASI PAJAK

WP Badan Pakai PPh Final UMKM, Tetap Harus Lampirkan Pembukuan di SPT

Selasa, 22 April 2025 | 18:45 WIB
KEBIJAKAN PERDAGANGAN

Kemendag: Bea Masuk 47 Persen Tak Diberlakukan AS untuk Semua Barang