Logo-Pakpol Logo-Pakpol
Literasi
Kamis, 15 Mei 2025 | 12:30 WIB
KAMUS CUKAI
Kamis, 15 Mei 2025 | 10:43 WIB
FILIP DEBELVA, HEAD OF THE KU LEUVEN TAX LAW INSTITUTE:
Kamis, 15 Mei 2025 | 10:00 WIB
TIPS PAJAK
Selasa, 13 Mei 2025 | 14:30 WIB
KAMUS PAJAK
Komunitas
Kamis, 15 Mei 2025 | 11:37 WIB
DDTC ACADEMY - EXCLUSIVE SEMINAR
Selasa, 13 Mei 2025 | 16:09 WIB
DDTC EXECUTIVE INTERNSHIP PROGRAM
Selasa, 13 Mei 2025 | 13:35 WIB
DDTC ACADEMY - ADIT EXAM PREPARATION COURSE
Rabu, 07 Mei 2025 | 07:48 WIB
DDTC ACADEMY - EXCLUSIVE SEMINAR
Fokus
Reportase

Instrumen Antipenghindaran Pajak Menguat Sejalan dengan Proyek BEPS

A+
A-
3
A+
A-
3
Instrumen Antipenghindaran Pajak Menguat Sejalan dengan Proyek BEPS

Tampilan sampul depan Working Paper No. 0714 pada Juni 2014 berjudul Rencana Aksi Base Erosion Profit Shifting dan Dampaknya Terhadap Peraturan Pajak di Indonesia serta majalah Inside Tax edisi Mei 2016 bertajuk Aksi BEPS: Menangkal Penggerusan Basis Pajak.

JAKARTA, DDTCNews – Keberadaan berbagai instrumen antipenghindaran pajak, baik yang bersifat khusus/spesifik maupun umum, sejalan dengan munculnya proyek BEPS yang digagas Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan G-20.

Proyek itu merupakan agenda untuk memerangi penggerusan basis pajak dan pengalihan laba (base erosion and profit shifting/BEPS). Dirjen Pajak Suryo Utomo pun mengatakan instrumen antipenghindaran pajak disiapkan untuk mencegah tergerusnya basis pajak akibat praktik BEPS.

“Kalau bicara antarnegara itu yang dikhawatirkan adalah erosi basis pajak. Berpindahnya pemajakan dari suatu negara ke negara lain menggunakan vehicle. Ini yang betul-betul kami coba dudukkan,” ujar Suryo.

Baca Juga: Soal RUU Perampasan Aset, Prabowo Sudah Komunikasi dengan Ketum Parpol

Terkait dengan proyek BEPS, DDTC telah meluncurkan Working Paper No. 0714 pada Juni 2014 berjudul Rencana Aksi Base Erosion Profit Shifting dan Dampaknya Terhadap Peraturan Pajak di Indonesia. Ulasan mengenai proyek BEPS disajikan secara komprehensif.

Ada 15 rencana aksi (action plan) dalam proyek BEPS yang telah dipublikasikan pada Juli 2013. Rencana aksi tersebut didasarkan pada 3 prinsip utama, yakni koherensi, substansi, dan transparansi. Ditinjau dari sifat, komitmen, dan tujuan, 15 rencana aksi dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok.

Pertama, aksi yang berisi suatu laporan analisis dan upaya memetakan BEPS. Kelompok ini terdiri dari 3 aksi, yaitu tantangan pemajakan ekonomi digital (aksi 1); metodologi untuk mengukur BEPS dan anti-BEPS (aksi 11); serta instrumen multilateral (aksi 15).

Baca Juga: Simak! Perbedaan Perlakuan PPh antara WP Dalam Negeri dan Luar Negeri

Kedua, aksi yang berkaitan dengan pendekatan bersama dan praktik terbaik, yakni netralisasi dampak dari hybrid mismatch arrangements (aksi 2); penguatan aturan anti-CFC (aksi 3), pembatasan biaya bunga (aksi 4); serta kewajiban pengungkapan atas perencanaan pajak yang agresif (aksi 12).

Ketiga, pembuatan standar internasional yang lebih kuat, yakni pencegahan penghindaran status bentuk usaha tetap (aksi 7) serta peningkatan kebijakan transfer pricing dengan penciptaan nilai atau value creation (aksi 8-10).

Keempat, rencana aksinya merupakan standar minimum yang harus diimplementasikan oleh negara-negara anggota OECD dan G20. Salah satu rencana aksi itu adalah perlawanan terhadap harmful tax practices melalui elemen transparansi dan substansi (aksi 5).

Baca Juga: Simak! Kriteria Subjek Pajak Luar Negeri untuk Orang Pribadi dan Badan

Kemudian, masih dalam kelompok keempat, ada pencegahan penyalahgunaan P3B (aksi 6); format baru dokumentasi transfer pricing (aksi 13); serta mekanisme resolusi sengketa pajak yang lebih efektif (aksi 14). Simak pula ‘Apa itu BEPS?’.

Dalam publikasi yang disusun Darussalam dan Ganda C. Tobing tersebut dipaparkan ringkasan dan perubahan yang diperlukan dalam mengimplementasikan hasil proyek BEPS. Terlebih, Indonesia sebagai negara anggota G-20 telah berkomitmen mengimplementasikan hasil dari setiap rencana.

Dalam perkembangannya, pemerintah telah menyiapkan ketentuan penerapan perjanjian internasional di bidang perpajakan. Ketentuan ini telah dimuat dalam Bab VIII Pasal 48-54 PP 55/2022 yang menjadi aturan turunan dari UU PPh s.t.d.t.d UU HPP.

Baca Juga: UMKM Ini Bingung Kode Billing Ditolak, Ternyata Omzet Belum Rp500 Juta

Ulasan mengenai proyek BEPS juga diulas secara komprehensif melalui penerbitan majalah Inside Tax edisi Mei 2016 bertajuk Aksi BEPS: Menangkal Penggerusan Basis Pajak. Publikasi ini menyajikan ulasan dari masing-masing rencana aksi dalam proyek BEPS.

Sesuai dengan perkembangan terbaru di Indonesia, pemerintah mulai mengatur lebih lanjut ketentuan instrumen pencegahan penghindaran pajak yang telah dimuat dalam Pasal 18 UU PPh s.t.d.t.d UU HPP. Simak ‘Indonesia Kini Punya Instrumen Khusus dan Umum Antipenghindaran Pajak’.

Mengutip salah satu ulasan dalam majalah Inside Tax tersebut, untuk merespons secara efektif tantangan BEPS, suatu negara perlu menyadari pengaruh sistem pajak domestik terhadap negara lain dan pengaruh peraturan pajak negara lain terhadap sistem pajak domestik.

Baca Juga: Ingat Lagi, Ini Kriteria Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Pengaturan mengenai instrumen antipenghindaran pajak dalam UU HPP—yang mulai didetailkan dalam Bab VII Pasal 32-47 PP 55/2022—menunjukkan adanya kesadaran mengenai pengaruh sistem pajak secara global terhadap urusan domestik.

Dinamisnya peraturan perpajakan, termasuk menyangkut instrumen antipenghindaran pajak, di Tanah Air menunjukkan adanya keselarasan dengan international best practice. Oleh karena itu, berbagai ulasan-ulasan dalam publikasi DDTC makin relevan untuk dibaca-baca kembali. (kaw)

Baca Juga: Pungut PPN Besaran Tertentu untuk Hasil Pertanian, PKP Perlu Ingat Ini

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

Topik : penghindaran pajak, antipenghindaran pajak, UU PPh, UU HPP, PP 55/2022, SAAR, GAAR, substance over form, BEPS

KOMENTAR

0/1000
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:51 WIB
DDTC EXCLUSIVE GATHERING 2025

Pentingnya Tahapan Pendahuluan dalam Transaksi Afiliasi

Jum'at, 21 Februari 2025 | 16:37 WIB
REPORTASE DDTC DARI MANILA

Tantangan Pemajakan Ekonomi Digital di Lintas Yurisdiksi, Seperti Apa?

Sabtu, 15 Februari 2025 | 14:00 WIB
KEBIJAKAN PAJAK

Perkuat Basis Pajak, DPR Minta BKPM Ikut Dampingi UMKM

Jum'at, 14 Februari 2025 | 19:45 WIB
PMK 136/2024

BKF: Tak Ada Beda Signifikan Antara PMK 136/2024 dan Ketentuan GloBE

berita pilihan

Kamis, 15 Mei 2025 | 19:30 WIB
MATERI USKP I/2025

Belajar USKP A Materi KUP, PPSP, dan PP? Ini Bahan yang Bisa Anda Baca

Kamis, 15 Mei 2025 | 18:55 WIB
MATERI USKP I/2025

Belajar USKP A Soal PPh OP dan SPT PPh OP? Coba Baca-Baca Artikel Ini

Kamis, 15 Mei 2025 | 18:16 WIB
STRATEGIC DIALOGUES - DDTC FRA

Pajak Minimum Global Berlaku, DDTC Dorong PMN Fokus Capacity Building

Kamis, 15 Mei 2025 | 17:00 WIB
VIETNAM

Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Pajak untuk Perusahaan Media

Kamis, 15 Mei 2025 | 16:30 WIB
KERJA SAMA INTERNASIONAL

Sedang Proses Aksesi ke OECD, Prabowo Minta Dukungan PM Australia

Kamis, 15 Mei 2025 | 16:15 WIB
LITERATUR PAJAK

Mengenal Kualifikasi PKP dan Kewajibannya dalam Sistem PPN Indonesia

Kamis, 15 Mei 2025 | 15:30 WIB
INVESTASI

Marak Pemalakan, BKPM Minta Semua Pihak Jaga Iklim Investasi

Kamis, 15 Mei 2025 | 15:00 WIB
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Wamenkeu Sebut Ekonomi Bisa Stabil pada 2026 Jika APBN Fokus untuk Ini